Nilai Profetis Pendidikan Islam untuk Menanggulangi Perdagangan Manusia

Moh. Sulhan*  -  Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia

(*) Corresponding Author

Traffi

cking creates human as commerce object by deception modus, trap, tease, fake appointment, forcing and exploitation, even the violations that insult the human. The Consortium of Indonesia Migrant Labour (KOBUMI) noted that 1-1.5 million from 5 million of Indonesia migrant labours are the victim. American Center for International Labor Solidarity (ACILS) report in 2003 noted that 700.000 to 1 million Indonesia migrant labours who is employable as prostitute. Many of provinces in Indonesia, such as North Sumatra, Riau, Lampung, West Java, Jakarta, Central Java, East Java, West Borneo, East Borneo, North Cele-bes, Bali, and The West Lesser Sundas are the sources of trafficking area. Seeing that trafficking serious problem in Indonesia, it is important to encourage the prevention by adopting many of ethic values as the reinforcement of human re-source and education. Here, Islamic education is important enough to overcome anti-trafficking.

Abstrak


Trafficking menjadikan manusia sebagai objek perdagangan melalui modus pen-ipuan, jebakan, bujuk rayu, janji palsu, pemaksaan dan eksploitasi serta bentuk-bentuk pelanggaran yang merendahkan martabat manusia. Konsorsium Buruh Migran Indonesia (KOBUMI) mencatat 1-1,5 juta dari 5 juta buruh migran In-donesia adalah korban. American Center for International Labor Solidarity (ACILS) report 2003 mencatat terdapat 700.000 sampai 1 juta buruh migran Indonesia yang dipekerjakan sebagai pekerjaan seksual, penghibur, dan ek-sploitasi kerja lainnya. Banyak propinsi di Indonesia seperti, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Bali dan Nusa Tenggara Barat adalah sumber daerah Trafficking. Melihat demikian serius problem Trafficking di In-donesia, dirasa sangat penting untuk mencari bentuk pencegahan melalui adopsi berbagai nilai etis bagi penguatan sumber daya manusia, penguatan kapasitas dengan pendidikan. Di sini, letak Pendidikan Islam untuk menanggulangi anti Trafficking ini menjadi penting untuk dirumuskan.

Keywords: trafficking; kejahatan kemanusiaan; pendidikan islam; basis etistrafficking; crimes against humanity; Islamic education; ethical base

  1. ACILS-ICMC. 2003. “Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia”. (Ruth Rosenberg. ed.). Jakarta: ICMC-ACILS.
  2. ACILS-ICMC. 2004. “Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak Pengalamam Sejumlah LSM di Indonesia”. Jakarta: ACILS-ICMC. USAID.
  3. Al’ab, Aam Azmy. 2004. “Perdagangan Perempuan dan Anak: sebuah Praktek Neo Slavery dan Pelanggaran HAM”. Blakasuta.
  4. Fahmina Institute Cirebon, Edisi 07.
  5. Djiwandono, J. Soedjati. 2004. “Globalisasi dan Pendidikan Nilai”. dalam “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Demokratisasi Otonomi Civil Society Globalisasi”. (Sindunata. ed.). Yogyakarta: Kanisius. cet. 5.
  6. Dhofier, Zamakhsyari. 2004. “Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional”. dalam “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Demokratisasi Otonomi Civil Society Globalisasi”. (Sindunata. ed.). Yogyakarta: Kanisius, cet. 5.
  7. Departemen Sosial RI. 2004.”Pedoman Pencegahan Trafficking Anak dan Rehabilitasi Sosial Anak Korban Trafficking”. Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
  8. Faure, Edgar.. et all. 1972. “Learning To Be World Of Education To Day and Tomorrow”. Paris: UNESCO, Harrahap London.
  9. Izutsu, Toshihiko.1996.”Ethico-Religious Concepts in the Quran”. Montreal: MC Gill University Press.
  10. Irwan, Alexander. 1999. “Perisai Perempuan: Kesepakatan International Perlindungan Perempuan”. Jakarta. LBH Apik. Forum Komunikasi LSM Perempuan dan Ford Foundation.
  11. Irianto dan Sulistiowati. 2005.“Perdagangan Perempuan dalam Jaringan Pengedaran Narkotika”. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Pusat Kajian Wanita UI. USAID. ACILS-ICMC.
  12. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. 2005. “Penghapusan Perdagangan Orang Di Indonesia”. Jakarta.
  13. Komnas Perempuan. 2005. “Catatan Awal Tahun 2005”. Jakarta. Laporan Departemen Luar Negeri AS. 14 Juni 2004.
  14. Nash, Robert J. 1978. “Commitment to Competency:The New Fetishism in Teacher Education”. dalam John Martin Rich (ed.). “Innova-tion In Education Reformers And Their Critics”. edisi 3. Boston, London, Sidney, Toronto: Allyn Bacon Inc.
  15. Nata, Abuddin. 1997. “Filsafat Pendidikan Islam”. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
  16. Nuruzzaman. 2005. “Budaya dan Pandangan Keagamaan Masyarakat Kabupaten Cirebon dan Indramayu Terhadap Persoalan Traffick-ing”. Laporan Penelitian. Fahmina Institute.
  17. Samhadi, Sri Hartati. 2007. “Potret Suram TKI. Salah Siapa?”. Kompas, 9 Juni 2007.
  18. O’Connor, DJ. 1957. “An Introduction to the Philosophy of Education”. London: Routhlegde and Kegan Paul.
  19. Purwadarminta, WJS. 1991. “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.
  20. Qodir. Faqihuddin Abdul. dkk. 2006. “Fiqih Anti Trafficking. Jogyakarta: Pustaka Pesantren.
  21. Sagala, R. Valentina dan Rozana. Ellin. 2007. “Memberantas Trafficking Perempuan Dan Anak”. Bandung: Institut Perempuan.
  22. Undang-undang RI No. 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
  23. Wahyuningsih. Sri. 2003. “Dagang Manusia: Kajian Trafficking terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur”. Rahmat Syafaat : Editor. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.
  24. Yentriani. Andri. 2004. “Politik Perdagangan Perempuan”. (Islah. Gusmiani. ed.). Yogyakarta: Galang Press.

Open Access Copyright (c) 2016 Nadwa

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 INDEXED BY

Journal Terindex di CrossrefJournal Terindex di LeidenJournal Terindex di MorarefJournal Terindex di Google ScholarJournal Terindex di GarudaJournal Terindex di Base

View My Stats
apps