Mengungkap Landasan Filosofis Keilmuan Bimbingan Konseling Islam

K Komarudin*  -  Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Indonesia

(*) Corresponding Author

This article examines the philosophical foundations of Islamic counseling guidance. Any scientific discipline produced by ijtihadi process must be historical. Therefore, the scientific status of a science is no longer placed parallel to the sacred doctrine, so it is taken for granted. Similarly, the existence of Islamic counseling guidance should not be placed higher above other counseling theories, or other scientific disciplines of counseling. Counseling process that is part of humanitarian activities, if used as one of the objects of scientific studies, should give birth to a scientific discipline that is historical. The right approach, therefore, appropriate for the study of it, would be more humanistic-transcendental rather than transcendental-theological. Based on the ontological studies, there is no significant ontological difference between Islamic counseling and other counseling disciplines. Both are only distinguished from the aspect of counselor status and spirit of morality that is used as paying counseling activities.

---

Artikel ini mengkaji tentang landasan filosofis keilmuan bimbingan konseling Islam. Setiap disiplin keilmuan dihasilkan berdasarkan proses ijtihadi pasti bersifat histories. Oleh karena itu, status keilmuan suatu ilmu tidak lagi harus ditempatkan sejajar dengan doktrin suci, sehingga bersifat taken for granted. Begitu pula dengan keberadaan bimbingan konseling Islam, sudah sepantasnya tidak ditempatkan lebih tinggi di atas teori-teori konseling yang lain, atau disiplin-disiplin keilmuan konseling lainnya. Proses konseling yang merupakan bagian dari aktifitas kemanusiaan, bila dijadikan sebagai salah satu obyek kajian keilmuan, seharusnya melahirkan suatu disiplin keilmuan yang bersifat histories. Oleh karena itu, pendekatan yang semestinya tepat untuk kajian mengenai hal itu lebih cocok bersifat humanistic-transendental, ketimbang teologis-transendental. Berdasarkan kajian ontologisnya, antara konseling Islam dengan disiplin konseling lainnya, tidak memiliki perbedaan landasan ontologis yang signifikan. Di antara keduanya hanya dibedakan dari aspek status konselornya dan spirit moralitas yang dijadikan sebagai paying aktifitas konseling.

Keywords: Da’wah Science; Counseling; Philosophy

  1. Shertzer, Bruce and Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling, ed.3, Boston: Houghton Mifflin Company, 1980
  2. Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, terj.E.Koeswara, Bandung: PT Eresco, 1988
  3. Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu, cet.12, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
  4. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
  5. Shertzer, Bruce and Shelly C. Stone, Fundamentals of Guidence, tk: Purdue University, 1966
  6. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995
  7. Sukardi, Dewa Ketut, Pendekatan Konseling Karir di dalam Bimbingan Karir: Suatu Pendahuluan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989
  8. Efendi, Nur, (skripsi) Konsep Dzikir Muhammad Arifin Ilham sebagai Solusi Problematika Manusia Modern dan Implementasinya dalam Bimbingan Konseling Islam, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2005
  9. Faqih, Aunur Rohim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001
  10. Musnamar, Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press, 1992
  11. Fadholiyono, (skripsi) Dzikir dan Do’a sebagai Faktor Esensial Terapi Medik-Psiiatrik: Studi Analisis Pengobatan Terpadu Prof.Dr.dr. Dadang Hawari dalam Perspektif Bimbingan KonselingIslami, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2005
  12. adz-Dzaky, Hamdan Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001
  13. Rosjidan, “Konseling bercorak Psikultural”, Makalah, disampaikan pada pelatihan Tes bagi Konselor, 28 Juni – 13 Agustus 2004 di UNM.
  14. HM. Arifin, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka, 1994
  15. Abdullah, Amin, “Problematika Filsafat Modern: Pertautan antara Normativitas dan Historisitas”, Makalah, disampaikan dalam Sarasehan dan Diskusi Jurusan Fakultas Ushuluddin Yogyakarta, tanggal 5 Januari 1995
  16. Mappiere AT, Andy, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Rajawali Press, 1992
  17. Mustansyir, Rizal, dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
  18. Chalmers, A.F., Apa itu yang Dinamakan Ilmu?, terj. Redaksi Hasta Mitra, Jakarta: Hasta Mitra, 1983
  19. Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
  20. Nasr, Seyyed Hossein, Pengetahuan dan Kesucian, terj. Suharsono (et.all), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997
  21. Supena, Ilyas, “Membangun Filsafat Ilmu Dakwah Dalam Perspektif Filsafat Ilmu-Ilmu Sosial”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.24, No.2, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2004

Open Access Copyright (c) 2017 International Journal Ihya' 'Ulum al-Din

International Journal Ihya' 'Ulum al-Din 
published by Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Indonesia

Jl. Walisongo No.3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50185
Phone: +62 857-3303-6860
Website: http://pasca.walisongo.ac.id/
Email: ihyaulumaldin@walisongo.ac.id 

ISSN: 1411-3708 (Print)
ISSN: 2580-5983 (Online)
DOI : 10.21580/ihya

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

 
View My Stats
apps