KONTRIBUSI UNGKAPAN TRADISIONAL DALAM MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA

Joko Tri Haryanto*  -  Balai Litbang Agama Kemenag, Indonesia

(*) Corresponding Author

The Ganjuran society who live in Sumbermulyo Village, District Bambanglipuro Bantul of DIY, have ability to maintain religious harmony although those people are different religions. It is because Ganjuran society have elements that can be a social glue in their local wisdom. This research is conducted by qualitative approach to reveal local wisdom in the maintaining harmony through the form of traditional expressions and tradition of kenduri (ritual of meal). Ganjuran society has strong social harmony perspective which is expressed by traditional idiom like rukun agawe santosa crah agawe bubrah (harmony makes peaceful, hostile makes splits).

 

Keywords: kearifan lokal; kerukunan; ungkapan tradisional; Ganjuran

  1. Amirrachman, Alpha, Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku dan Poso, Jakarta: ICIP dan European Commission (EC), 2007, www.lsaf.org/content/view/176/150/ diunduh 17 Juni 2010.
  2. Data Potensi Desa Sumbermulyo tahun 2012.
  3. Geertz, Hildred, Keluarga Jawa, Jakarta: Grafiti Press, 1985.
  4. Haba, John, Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku, dan Poso, Jakarta: ICIP dan Eropean Commision, 2007.
  5. Haryanto, Joko Tri, “Norma Nyama Braya bagi Kerukunan Umat Beragama: Studi terhadap Masyarakat Angantiga Bali”, Jurnal Harmoni Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama, Volume X, Nomor 2, April – Juni 2011.
  6. Jamil, M. Mukhsin, dkk., Mengelola Konflik Membangun Damai, Semarang: Walisongo Mediation Center (WMC), 2010.
  7. Khalim, Samidi, Tradisi Lisan Masyarakat Jawa, Semarang: Prima Media Press, 2009.
  8. Laporan Pembangunan Desa Sumbermulyo tahun 2011.
  9. Mulder, Niels, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, Kelangsungan dan Perubahan Kulturil, Jakarta: Gramedia, 1980.
  10. Nasrullah, Arif, “Hubungan Muslim-Hindu di Lombok Barat (Analisis Kerukunan dan Potensi Konflik Islam-Hindu di Gunugsari Lombok Barat NTB)”, Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2012.
  11. Rohimin, et.al, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia, Jakarta: Balai Litbang Agama Jakarta, 2009.
  12. Soekanto, Suryono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1982.
  13. Sulaiman, dkk., Menguak Makna Kearifan Lokal pada Masyarakat Multikultural. Semarang: Robar Bersama, 2011.
  14. Susan, Novri, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2010.
  15. Suseno, Franz Magnis, Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
  16. Suseno, Franz Magnis dan Reksosusilo, Etika Jawa dalam Tantangan (Sebuah Bunga Rampai), Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1983.
  17. Internet:
  18. Nurhayati, Endang, “Nilai-Nilai Luhur dalam Ungkapan Jawa sebagai Fondamen Kehidupan Masyarakat Berbudaya”, makalah, Konggres Bahasa Jawa ke-5 dikutip dalam http://ki-demang.com/kbj5, diunduh 14 September 2012
  19. Widyastuti, Sri Harti, “Reaktualisasi Ungkapan Tradisional Jawa Sebagai Sumber Kearifan Lokal dalam Masyarakat untuk Penguat Kepribadian Bangsa”, makalah, Konggres Bahasa Jawa ke-5 dikutip dalam http://ki-demang.com/kbj5, diunduh 14 September 2012.

Open Access Copyright (c) 2013 Joko Tri Haryanto
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Publisher:
Institute for Research and Community Services (LP2M)
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Rectorate Building, 3rd Floor
Jl. Prof. Hamka - Kampus 3, Tambakaji Ngaliyan 50185, Semarang, Central Java, Indonesia
Email: walisongo@walisongo.ac.id

 

 
apps