FILSAFAT ANALITIK Kritik Epistemologi Ide Analitik Logis Bertrand Russell

Muhmidayeli Muhmidayeli*  -  Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Indonesia

(*) Corresponding Author
Abstract:Each logical statement reflected in the way expressed in a logical language. If a statement is expressed by a language that one would then have it wrong, therefore, necessary test of logical forms that fit with the empirical facts. In short every statement must be understood by returning to the real meaning or context. Russell offers a translation grammatically any statement that may seem misleading to the appropriate forms and logical. Bertrand Russell described his philosophy asan area of human thought that was between theology on the one hand and science on the other side. Philosophy can be said astheology, due to the nature and character of philosophy which also contains a world speculations about the definitive knowledge, but it can notbe ascertained. On the other hand, itcan be said as science, because the working procedures of philosophy that is moreleads and functioning sense like science knowledge (science). Anydogma, because it transcends knowledge certainly, including in the sphere of theology. In between there is this no man's land area that is prone to both theology and science issues. Abstrak: Setiap penyataan logis tercermin dari cara mengungkapkannya dalam bahasa logis. Jika suatu pernyataan diungkap dengan bahasa yang salah maka akan memiliki maka yang salah, oleh karena itu, diperlukan uji bentuk-bentuk logis yang cocok dengan dengan fakta empiris. Pendeknya setiap pernyataan mesti dipahami dengan mengembalikannya pada makna riil atau kontekstual. Russell menawarkan pener¬jemahan secara gramatikal setiap pernyataan yang mungkin saja tampak me¬nyesat¬¬kan ke dalam bentuk-bentuk yang tepat dan logis. Bertrand Russell menggambarkan filsafat sebagai suatu wilayah pemikiran manusia yang berada antara teologi di satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lainnya. Filsafat dapat dikatakan seperti teologi, karena sifat dan watak filsafat yang juga bersikan dunia spekulasi-spekulasi tentang pengetahun yang pasti namun ia tidak dapat dipastikan. Di lain pihak, ia dapat dikatakan pula seperti ilmu pengetahuan, karena tata kerja filsafat yang memang lebih banyak mengarah dan memfungsikan akal seperti layaknya ilmu ilmu pengetahuan (sains). Segala dogma, karena ia melampaui pengetahuan pasti, termasuk dalam lingkup teologi. Di antara keduanya inilah ada daerah yang tak bertuan yang rentan terhadap kedua persoalan teologi dan sains. Keywords:filsafat analitik,analytic logic, metodologi filsafat, atomic facts, dan logical form.
  1. Bertens, K., Filsafat Barat Abad XX., Inggris-Jerman, Jakarta, Gramedia, 1990.
  2. Capleston, Frederick, A History of Philosophy, Vol. 8, London, Search Press, 1963.
  3. Delfgaauw, Bernand, Filsafat Abad 20, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988.
  4. Edward, Paul, The Encyclopedia of Philisophy, Vol. 7, New York: Macmilland Publishing Co. Inc & Free Press, 1972.
  5. Hammersma, Harry, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1992.
  6. Musytasyir, Rizal, Filsafat Analitik, Sejarah, Perkembangan dan Peranan Tokohnya, Jakarta: Rajawali Press, 1987.
  7. Munitz, Milton K., Contemporary Analytic Philosophy, New York: Macmillan Publishing co. Inc., 1981.
  8. Passmore, John, A Hundred Years of Philosophy, New Zealand: Panguin Books, 1986.
  9. Russell, Bertrand, The Art of Philosophizing and Other Essays, Maryland: Rowman &Littlefield Publishers, 974.
  10. Weits, Morris, Twentieth-Century Philosophy: The Analytic Tradition, New York: A Division of Macmillan Publishing Co. Inc., 1966.

Open Access Copyright (c) 2016 Teologia

 

JURNAL THEOLOGIA

Published by The Faculty of Islamic Theology and Humanities
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang - Indonesia

 
                                                               
Web
Analytics
View My Stats
apps