KONSEP AL-NAFS DALAM KAJIAN TASAWUF AL-GHAZᾹLĪ

Paisol Burlian*  -  Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Raden Fatah Palembang, Indonesia

(*) Corresponding Author
Abstract: This article will elaborate on al-nafs (soul) which is an essential part of human nature. The Sufis divide understanding al-nafs in three senses. First, al-nafs is a substance that distinguishes human qualities with other creatures. Second, al-nafs is the cause of man to be creative and dynamic, through the process of inspiration and contemplation. Therefore, the level of quality of the nafs is different. In the literature of Sufism, the nafs can be transformed from a trend that is closest to the bad action to the level of closeness to the divine tenderness. Third, the nafs is the impulse of anger and lust, and urge all reprehensible nature, and immoral in mind. Sufi Sunni, al-Ghazālī calls nafs as the center of the potential upset, and the base of the despicable nature. Therefore, al-nafs need to be purified so that the properties of self perverted man disappeared. Road purification al-nafs is riyāḍah and mujahadah who constantly so al-nafs is ultimately up to the level of the nafs al-muṭmainnah. Abstrak: Artikel ini akan mengelaborasi tentang al-nafs (jiwa) yang merupakan bagian yang penting dari hakikat manusia. Para sufi membagi pengertian al-nafs ini dalam tiga pengertian. Pertama, al-nafs merupakan substansi yang membedakan kualitas manusia dengan makhluk yang lain. Kedua, al-nafs merupakan penyebab manusia menjadi kreatif dan dinamik, melalui proses inspirasi dan tafakur. Karena itu, tingkatan kualitas nafs orang berbeda-beda. Dalam literatur tasawuf, nafs ini dapat ditransformasikan dari kecenderungan yang paling dekat pada tindakan buruk sampai ke tingkat kedekatan pada kelembutan ilahi. Ketiga, nafs ialah dorongan amarah dan syahwat, serta dorongan segala sifat tercela, dan maksiat dalam batin. Seorang sufi Sunni, al-Ghazālī menyebut nafs sebagai pusat potensi marah, dan pangkal dari sifat tercela. Karena itu, al-nafs ini perlu disucikan agar sifat-sifat tercela itu lenyap dari diri manusia. Jalan penyucian al-nafs adalah riyāḍah dan mujāhadah yang terus-menerus sehingga al-nafs pada akhirnya sampai pada tingkat nafs al-muṭmainnah. Keywords: al Nafs, laṭīfah al-rabbāniyah, sufi, al-Quran, dan al-Sunnah.
  1. ‘Abdul Baqi, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu’ Wal Marjan, terj, H. Salim Bahreisy, Surabaya: Bina Ilmu, 1996.
  2. Bakran Adz-Dzaky, M. Hamdani, Psikoterapi dan Konseling Islam: Penerapan Metode Sufistik, Yogyakarta Fajar Pustaka Baru, 2002.
  3. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: Balai Pustaka, 1996.
  4. Ghazālī, Abū Ḥāmid, Ihya’’Ulumuddin, terj, H. Moh Zuhri dkk, Terjemah Ihya’ ‘Ulumuddin, jilid IV, (Semarang: Asy Syifa’, 2003.
  5. Ghazālī, Abū Ḥāmid, Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin, terj, Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009.
  6. Ghazālī, Abū Ḥāmid, al-Munqiẓ Min al-Ḍalāl, Kairo: Silsilah al-Ṡaqafah al-Islāmiyah, 1961.
  7. Ghazālī, Abū Ḥāmid, Ma‘ārij al-Quds fī Madarij Ma‘rifat, tt: tp, tth.
  8. http://www.gagakmas.org/qolbu/bblog/trackback.php/223.
  9. Ibn ‘Arabī, Muḥyi al-Dīn, Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm, Jil. II, Beirut: Dār al-Yaqẓah al-Sakiyah, 1969.
  10. Ibn Qayyim Al-Jauziyah, 16 Langkah Menuju Puncak Kedamaian Jiwa, terj, Abdul Majid, Jakarta: Gadika Pustaka, 2006.
  11. Jerahi, Syekh Raghib, Hati, Diri, dan Jiwa, terj, Hasmiyah Rouf dkk, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003.
  12. Kalābāżī, al-Ta’arruf Li Mażhab Ahl al-Taṣawwuf, Kairo: Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah, 1988.
  13. Khadimullah, A. M. Zamry, Keajaiban Manusia: Menyingkap Misteri Ruh, Mengenal Diri Allah, Bandung: Marja, 2007.
  14. Kusnadi, Esensi Al-Qur’an, Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006.
  15. Ma’luf, Louis al-Munjid fī al-Lughah wa A’lam, Beirut: Dār al-Masyriq, 1986.
  16. Mansur, M. Laily, Ajaran dan Teladan Para Sufi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
  17. Mujieb, M. Abdul, dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, Jakarta: Mizan Publika, 2009.
  18. Munawir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pesantren Krapyak, 1984.
  19. Nasution, Muhammad Yasir, Manusia Menurut Al-Ghazālī, Jakarta: Grapindo Persada, 2002.
  20. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo, 2002.
  21. Raniry, Nuruddin Asrār al Insān fī Ma’rifah al-Rūḥ wa al-Raḥmān, terj, Rusdi, Balikpapan: tp, tth.
  22. Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Ber¬bagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
  23. Sohar, Aminullah Cik, Teori Bimbingan dan konsling Islam, Palembang: IAIN RF Press, 2006.
  24. Syahatah, Husein, Membersihkan Jiwa Dengan Muhasabah: Kitab Introspeksi Untuk Menuai Kesucian Diri, terj, Nuroddin Usman, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
  25. Turjani, Ibnu Hasan Bisry, Hamba-Hamba Yang Selamat Dari Tipu Daya Musuhnya, Tanggerang: Pustaka Rosul, t.th.

Open Access Copyright (c) 2016 Teologia

 

JURNAL THEOLOGIA

Published by The Faculty of Islamic Theology and Humanities
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang - Indonesia

 
                                                               
Web
Analytics
View My Stats
apps