REPRESENTASI POLA PERILAKU TASAWUF DALAM MEMBANGUN DINAMISASI MASYARAKAT GLOBAL

Muhammad Natsir*  -  Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara, Indonesia

(*) Corresponding Author

Abstrak

Islam agama Rahmatan lil ‘alamin yang mengajarkan sikap wasathiyah sesuai dengan metodologi Al-Qur’an, yaitu lembut, santun, ramah, berlapang dada, dan mengandalkan kekuatan doa. Wajah Islam Nusantara yang dibawa oleh para mujahid sufi wali sanga adalah  sangat kental diwarnai oleh corak Tasawuf, yaitu corak keIslaman yang lembut, santun dan toleran. Para Ulama’ dari kurun waktu ke waktu yang lain telah memposisikan dirinya sebagai obor umat, yang senantiasa membimbing umat agar menjadi sebatang pohon yang indah. Akar keyakinan yang kokoh; batang, dahan, ranting dan dedaunannya adalah istiqomah; sedangkan buah pohon keIslaman adalah integritas akhlak, etika, dan moral.

Ajaran Islam memiliki tiga pilar; iman, Islam dan ihsan, kemudian berkembang menjadi akidah, syari’ah, dan akhlak atau tawhid, fikih dan Tasawuf. Ihsan merupakan essensi Tasawuf dan sebaliknya, keduanya merupakan pilar utama untuk membangun pribadi Muslim yang saleh, yaitu pribadi yang tercermin pada diri dan perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Qur’an hidup.

Indonesia telah masuk pada abad ke-21 atau abad global, banyak masyarakat muslim yang berhasil menduduki posisi strategis di segala ranah kehidupan; politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang seharusnya mewarnai Indonesia dengan nilai-nilai keIslaman semisal etos kerja, produktifitas, professional, dan integritas yang berujung pada kemaslahatan umat manusia. Akan tetapi, moralitas mereka kotor karena hanya menunjukkan simbol-simbol keIslaman saja. Ihsan (Tasawuf) dipahami secara inklusif; terbatas pada ranah perilaku peribadatan saja, sehingga Rekontekstualisasi nilai-nilai Tasawuf pada seluruh ranah kehidupan manusia akan menjadi wujud perilaku nyata sebagai representasi dari nilai ajaran tasawuf itu sendiri untuk mewujudkan maslahah bagi manusia yang dinamis seiring perkembangan zaman.

Kata Kunci : Representasi, Tasawuf, masyarakat, global

Abstract

 

Islam Rahmatan lil 'alamin religion that teaches attitude wasathiyah accordance with the methodology of the Qur'an, that is gentle, courteous, friendly, diledang chest, and rely on the power of prayer. The face of Islamic archipelago brought by the Sufi sage mujahid is very strongly colored by the style of Sufism, ie the pattern of keIslaman gentle, polite and tolerant. The Ulama 'from time to time others have positioned themselves as the torch of the Ummah, who constantly guides the people into a beautiful tree. The root of firm beliefs; stems, branches, twigs and leaves are istiqomah; while the fruit of Islamic trees is the integrity of morals, ethics, and morals.

Islamic teachings have three pillars; faith, Islam and ihsan, then developed into aqidah, shari'ah, and morals or tawhid, fiqh and mysticism. Ihsan is the essence of Sufism and vice versa, both of which are the main pillars for building a pious Muslim personality, a person who is reflected in the self and behavior of Prophet Muhammad as the living Qur'an.

Indonesia has entered the 21st century or the global century, many Muslim societies have succeeded in occupying strategic positions in all spheres of life; political, economic, social and cultural rights, which should color Indonesia with Islamic values such as work ethic, productivity, professional, and integrity that lead to the benefit of mankind. However, their morality is dirty because it shows only the symbols of Islam. Ihsan (Sufism) is understood inclusively; confined to the domain of religious behavior only, so that Rekontekstualisasi the values of Sufism on the entire realm of human life will be a manifest behavior as a representation of the value of the teachings of Sufism itself to realize the maslahah for human dynamic as the times.

Keywords: Representation, Sufism, society, global

Keywords: Keywords: Representation, Sufism, society, global

  1. DAFTAR PUSTAKA
  2.  Bagir, H. 2015. Semesta Cinta: Pengantar Kepada Pemikiran Ibn Arabi. Mizan: Bandung
  3.  Imam Nawawi al-Bantani al-Jawi. Tt. Maroqi al-Ubudiyah. Al-Hidayah: Surabaya
  4.  Masyharuddin. 2007. Pemberontakan Tasawuf ( Kritik Ibn Taimiyah atas Rancang Bangun Tasawuf). Surabaya
  5.  Moh. Ulumuddin. Syari’ah dan Tasawuf Lokal. At-Tahdzib. Vol. No.1. 2013
  6.  Nasution Harun. 1983. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Bulan Bintang: Jakarta
  7.  Nata, Abudin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. RajaGrafindo: Jakarta
  8.  QuranInword. 2002
  9.  Rahman, Abdul al-nahlawy. 1996. Ushul al-tarbiyah al-Islamiyah wa asalibiha. Damaskus: Dar al-fikr
  10.  siradj, Agil. 2012. Dialog Tasawuf Kiai Said: Akidah, Tasawuf dan Relasi Antar umat Beragama. Khalista dan LTN PBNU: Surabaya
  11.  Siradj, Agil. 2013. Islam Kalap dan Islam karib. Daulat Press: Jakarta
  12.  Tebba, Sudirman. 2003. Tasawuf Positif. Kencana: Bogor
  13.  Umar, N. 2012. Tasawuf Modern: Jalan Mengenal dan Mendekatkan Diri kepada Allah. Republika: Jakarta
  14.  Wildan Imaduddin Muhammad. “Transformasi tasawwuf dan Identitas Islam nusantara”. LP3UM. 2015
  15.  Zuherni AB. Sejarah Perkembangan Tasawuf. Substantia. Vol. 13. No. 2. 201

Open Access Copyright (c) 2020 Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional

View My Stats
apps