Nilai-nilai humanisme dalam dialog antar agama perspektif Gus Dur

Muhammad Aqil S. Ag*  -  UIN SUNAN KALIJAGA, Indonesia

(*) Corresponding Author

Abstract

The figure of Gus Dur is a unique figure and his thoughts are typical. For most people, his thoughts are difficult to guess and difficult to digest by ordinary lay people, making him a controversial figure as well as being admired. Gus Dur as a teacher of the nation and an intellectual figure is a person who upholds the values of humanism. His struggle in upholding human rights made him highly respected by people from various backgrounds and different identity backgrounds. In particular his defense of the rights of oppressed minorities from both religion and ethnicity. Solving problems during conflicts by promoting dialogue that upholds human values makes Abdurrahman a reliable mediator. His thinking about humanism, is ideally implemented in interfaith dialogue, he offers a concept that is more focused on the human side, human rights themselves rather than dialogue that is theological in nature. , "Here a Humanist Is Buried". That is, he wants to be remembered as a humanitarian fighter. The title of a humanist figure seems more appropriate for him. Because Gus Dur's humanism really departed from the deepest values of Islam, which transcended ethnicity, territoriality, to the limit of statehood.

                                                  Abstrak

Sosok Gus Dur merupakan sosok yang unik dan pemikirannya tergolong tipikal.  Bagi kebanyakan orang, pemikiran beliau yang susah di tebak dan sulit dicerna oleh orang awam kebanyakan, menjadikannya sebagai sosok yang kontroversial sekaligus dikagumi. Gus Dur sebagai guru bangsa dan tokoh intelektual adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme. Perjuangannya dalam menegakkan hak asasi manusia menjadikannya sangat disegani oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang identitas yang berbeda. Terkhusus pembelaannya terhadap hak-hak kelompok minoritas yang tertindas baik dari agama maupun etnis. Pemecahan masalah saat terjadi konflik dengan mengedepankan dialog yang lebih menjunjung nilai-nilai kemanusiaan menjadikan Gus Dur sebagai sosok mediator yang handal. Pemikirannya tentang humanism, sangat ideal diimplemantasikan dalam dialog antar agama, beliau menawarkan konsep yang lebih focus kepada sisi kemanusiaan, hak-hak manusia itu sendiri daripada dialog yang sifatnya teologis.Gus dur merupakan sosok yang sangat humanis beliau pernah berpesan agar di pusaranya dipahat sebuah tulisan, “Di Sini Dimakamkan seorang Humanis”. Artinya, dia ingin dikenang sebagai pejuang kemanusiaan. Gelar tokoh humanis agaknya lebih tepat disematkan kepadanya. Sebab, humanisme Gus Dur benar-benar berangkat dari nilai-nilai Islam paling dalam, yang melampaui etnis, teritorial, hingga batas kenegaraan.

Keywords: Keywords: Gus Dur, Humanism, Interfaith Dialogue.

  1. DAFTAR PUSTAKA
  2. Abidin, Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung: Rosda Karya, 2000.
  3. Adi Sahfutra, Surya, Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur untuk Kesetaraan dan Kerukunan, Religi, vol. 10, No. 1, Januari 2014.
  4. Ali, Mukti, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.
  5. Arifinsyah, Dialog Global antar Agama Membangun Budaya Damai dalam Kemajemukan, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009.
  6. Barton, Greg gagasan Islam Liberal di Indonesia: pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi,Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wahid, Jakarta: Paramadina Pustaka Antara, 1999.
  7. Barton, Greg, Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, terj. Lie Hua, Yogyakarta: Saufa bekerja sama dengan IRCiSoD dan LKiS, 2016.
  8. Gusdurian.net, ” 9 Nilai Pemikiran Gus Dur”, http://www.gusdurfiles.com Sembilan nilai utama Gus Dur.
  9. Hidayat, Komarudin dan Gaus, Ahmad Passing Over: Melintasi Batas Agama, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.
  10. Magnis Suseno, Franz, factor-factor yang mendasari terjadinya konflik Antar Etnis dan agama di Indonesia: pencegahan dan pemecahan, dalam konflik komunal di Indonesia saat ini Jakarta: INIS, 2003.
  11. Masruri, Siswanto Humanitarianisme Soedjatmoko: Visi Kemanusiaan Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
  12. Muhtalim, Negara Islam Nir-Kekerasan Studi Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: Karkasa, 2017.
  13. Musa, Ali Maykur, Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur, Jakarta: Erlangga, 2010.
  14. Nelson, Zulkifli dan Dardiri, Inklusivisme dan Humanisme Pesantren, TOLERANSI: Media Komunikasi umat Beragama Vol. 8, No. 2, Juli-Desember 2016.
  15. Nugroho, Aryanto, Jejak Langkah Guru Bangsa Footprints Of The Guru, Keep Gus Dur’s Spirit. Semarang: EIN INSTITUTE. 2010.
  16. Salim, Peter dan Salim, Yenny, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991.
  17. Santalia, Indo, K.H. Abdurrahman Wahid, Agama dan Negara, Pluralisme, Demokratisasi, dan Pribumisasi, Al-Adyan, Vol. 1, No. 2, Desember 2015.
  18. Suaedy, Ahmad dan Abshar Abdalla, Ulil, Gila Gus Dur: Wacana Pembaca Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010.
  19. Suwardiyamsyah, Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Toleransi Beragama, AL-IRSYAD, Vol. 8, No. 1, Januari – Juni 2017.

Open Access Copyright (c) 2020 Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional

View My Stats
apps