KEBENARAN HEGEMONIK AGAMA

Amir Tajrid*  -  STAIN Samarinda, Indonesia

(*) Corresponding Author

Anarchic violence against jamaah Ahmadiyah and “Aliansi Ke­bangsa­­­­­an untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)” by Front Pembela Islam (FPI) constitutes a form of truth claim among religious groups in religious society. The religious inter­pretation which formerly opened now reduced to become the closed interpretation. The formerly is the substantive interpretation now become the hegemonic interpretation. This is one of the greatest theological challenge facing by religious community. This article will show the patterns of attitude and idea among religious comminity members which stimulate hegemonic truth claim in order to find out the friendly, egalitarian, and tolerant forms of religions, so the hegemonic truth claim of the religion should be avoided.

***

Kekerasan anarkis yang ditujukan kepada jamaah Ahmadiyah dan “Aliansi  Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)” oleh Front Pembela Islam (FBI) merupakan bentuk klaim kebenaran di antara kelompok-kelompok agama di dalam masyarakat agama. Interpretasi agama yang s­e­belumnya terbuka kini menjadi tertutup. Sebelumnya interpretasinya bersifat substantif namun kini menjadi hegemonik. Inilah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas agama saat ini. Artikel ini akan membahas pla sikap dan ide di kalangan anggota komunitas yang mencetuskan klaim kebenaran yang hegemonik dalam rangka untuk menemukan bentuk keberagamaan yang bersahabat, egalitarian, dan toleran sehingga klaim kebenaran hegemonik agama dapat dihindari.

Keywords: kebenaran hegemonik; kebenaran substantif; klaim kebenaran

  1. Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Konflik Sosial Bernuasa Agama di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Seri II, 2003.
  2. Hicks, John., God and The Universe Faiths, Oxford: One World Publications, 1993
  3. Hisyam, Ibnu., Sirah al-Nabiyy, Beirut: Dar Ihya’ al-Turas al-Arabiyy, Jil. II, t.th.
  4. Hussein Nashr, Sayyed., “The One and The Many,” dalam Parabola terbitan 22/3/94.
  5. Syamsul Hidayat, Jurnal Studi Islam Profetika, Vol. 1, No. 1, Januari 1999
  6. Kraemer, Hendrik., “Christian Attitudes toward Non-Christian Relegions,” dalam Karl E. Braaten dan Robert W. Jenson, A Map of Twentieth Century Teologhy, Reading from Karl Barth to Radical Pluralism, Minneapolis: Fortress Press, 1995.
  7. Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1982.
  8. Rahman, Budhi, Munawar, Islam Pluralis, Jakarta: Paramadina, 2001.
  9. Rahner, Karl., “Christianity and The non-Christian Relegions,” dalam Karl E. Braaten dan Robert W. Jenson, A Map of Twentieth Century Teologhy, Reading from Karl Barth to Radical Pluralism, Minneapolis: Fortress Press, 1995.
  10. Schuon, Fritchof., Mencari Titik Temu Agama-agama, edisi terjemahan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.
  11. Sermada, Don., “Teori Tentang Fungsi Agama,” dalam Basis, November, XXX, 1981.
  12. Sholeh Isre, Mohammad., (ed.), Konflik Etno Relegius Indonesia Kon¬temporer Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2003.
  13. Sukarjda, Akhmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majmuk, Jakarta: UI-Press, 1995.
  14. Watt, W. Montgomery, Islamic Political Thought, Edinburg: Edinburg University Press, 1980.

Open Access Copyright (c) 2022 Amir Tajrid
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Publisher:
Institute for Research and Community Services (LP2M)
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Rectorate Building, 3rd Floor
Jl. Prof. Hamka - Kampus 3, Tambakaji Ngaliyan 50185, Semarang, Central Java, Indonesia
Email: walisongo@walisongo.ac.id

 

 
apps