Pemekaran Daerah dan Terbentuknya Kelas Menengah (Baru) Papua

I Ngurah Suryawan*  -  Universitas Papua, Indonesia

(*) Corresponding Author

This article discusses the impact of territorial expansion on the socio-political structure among Papuans. The strategic issue of socio-economic and cultural transformation that is driven through territory expansion becomes hampered when new Papuan elites take over resources. The formation of a new social class, namely the new Papuan elites provided enormous political economy benefits in the expansion of the region. Strategic political positions and access toward development projects are tempting income. The presence of the new Papuan middle class is an important phenomenon in the midst of various development efforts for the welfare of the Papuan. Applying ethnographic approach this study aims to examine the process of the formation of Papuan elites as an impact of the dynamics of regional expansion, as well as the habitus of the presence of elites and strategy practiced in the community level.

Keywords: middle class; the Papuan elite; social transformation; territory expansion

  1. Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI). 2011. “Masih Ada Dusta di Antara Kita: Catatan Kritis Asosiasi Antropologi Indonesia Menuju Papua yang Damai.”
  2. Brata, Aloysius Gunadi. 2008. “Pemekaran Daerah di Papua: Kesejahteraan Masyarakat vs. Kepentingan Elit.” dalam Simposium Nasional Riset dan Kebijakan Ekonomi: ”Dampak Bencana Alam dan Lingkungan terhadap Pengelolaan Ekonomi Indonesia”, 20-21 Agustus 2003. Surabaya: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Retrieved (https://www.researchgate.net/publication/23991624_Pemekaran_Daerah_di_Papua_Kesejahteraan_Masyarakat_vs_Kepentingan_Elit).
  3. Chauvel, Richard. 2005. Constructing Papua Nationalism: History, Ethnicity and Adaptation. Washington: East-West Center.
  4. Flassy, Don. 1995. Pembangunan Berwawasan Identitas, Sebuah Tuntutan di Irian Jaya. Jayapura: Irian Jaya Studies.
  5. Giay, Benny. 2000. Menuju Papua Baru: Beberapa Pokok Pikiran sekitar Eman¬sipasi Orang Papua. Jayapura: Deiyai/Els-ham Papua.
  6. Giay, Benny. 1996. “Pembangunan Irian Jaya dalam Perspektif Agama, Budaya, dan Antropologi.” dalam Simposium Masyarakat dan Pembangunan di Daerah Irian Jaya. BPC GMKI Jayapura.
  7. Haryatmoko. 2003. Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Kompas.
  8. Henley, David, Jamie Davidson, dan Sandra Moniaga, ed. 2010. Adat dalam Politik Indonesia. Jakarta: KITLV Jakarta dan Yayasan Obor Indonesia.
  9. Hommers, Paulus Louis. 2003. “Kontroversi dalam Kasus Pemekaran Provinsi di Papua.” Jurnal Ilmu Sosial 1(3).
  10. Kadir, Akhmad. 2017. “Melihat Indonesia dari Jendela Papua: Kebinekaan dalam Rajutan Budaya Melanesia.” JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo 1(2): 225–46. Retrieved (http://journal.walisongo.ac.id/index.php/JSW/article/view/2034).
  11. Kaloh, J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: Rineka Cipta.
  12. Lounela, Anu dan R. Yando Zakaria, ed. 2002. Berebut Tanah: Beberapa Kajian Berperspektif Kampus dan Kampung. Yogyakarta: Insist, Jurnal Antropologi Indonesia dan Karsa.
  13. Makagansa, H. R. 2008. Tantangan Pemekaran Daerah. Yogyakarta: FusPad.
  14. Mansoben, Johsz. R. 1994. Sistem Kepemimpinan Tradisional Irian Jaya. Jakarta: LIPI.
  15. Pamungkas, Cahyo. 2004. “Konflik Elit Lokal dalam Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat.” Jurnal Masyarakat Indonesia 30(1).
  16. Ramstedt, Martin dan Fadjar Ibnu Thufail, ed. 2011. Kegalauan Identitas: Agama, Etnisitas, dan Kewarganegaraan pada masa Pasca-Orde Baru. Jakarta: PSDR LIPI, Max Planck Institute for Social Anthropology dan Grasindo.
  17. Scott, James C. 1995. State Simplifications, Some Applications to Southeast Asia. Amsterdam: CASA.
  18. Sidel, John T. 2005. “Bossism and Democracy in the Philippines, Thailand, and Indonesia: Towards an Alternative Framework for the Study of‘Local Strongmen.” pp. 51–74 dalam Politicising Democracy: the New Local Politics of Democratisation. International Political Economy Series, ed. J. Harriss, K. Stokke, dan T. Olle. Basingstoke: Palgrave Macmillan.
  19. Spradley, James. 1997. Metode Etnografi. terj. M. Z. Elizabeth. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
  20. Suryawan, I. Ngurah. 2011a. “Antropologi Gerakan Sosial: Membaca Transformasi Identitas Budaya di Kota Manokwari, Papua Barat.” Jurnal Humaniora 23(3): 290–300. Retrieved (https://journal. ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/ view/1030).
  21. Suryawan, I. Ngurah. 2013a. “Identifying the Dynamics and Complexities of Dewan Adat Papua (Papuan Customary Coun¬cil): Cultural Identities and Responses.” dalam Local Civil Societies Dynamics in Indonesia, ed. P. M. Laksono, Sukamdi, dan L. Schaupen. Yogjakarta, Netherland: CIDIN Radboud University Nijme¬gen The Netherlands dan UGM Yogyakarta.
  22. Suryawan, I. Ngurah. 2011b. “‘Komin Tipu Komin’: Elit Lokal dalam Dinamika Otonomi Khusus dan Pemekaran Daerah di Papua.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 15(2):140–53. Retrieved (https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11390/0).
  23. Suryawan, I. Ngurah. 2017. “Lahirnya Zaman Bahagia: Transformasi Teologi Pribumi di Tanah Papua.” JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo 1(1): 121–34. Retrieved (http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/JSW/article/view/1939).
  24. Suryawan, I. Ngurah. 2013b. “Siasat Rakyat di Garis Depan Global: Politik Ruang Pasar dan Pemekaran Daerah di Tanah Papua.” Kritis: Jurnal Studi Pembangunan Interdisipliner 22(1):62–76.
  25. Suryawan, I. Ngurah. 2013c. “Tanah Dibutuhkan Tapi Orang Tidak: Transformasi Masyarakat Adat dalam Perspektif Etnografi dan Sejarah Sosial.” Kritis: Jurnal Studi Pembangunan Interdisipliner 22 (2).
  26. Takwin, Bagus. 2005. “Proyek Intelektual Pierre Bourdieu: Melacak Asal-Usul Masyarakat, Melampaui Oposisi Biner dalam Masyarakat.” dalam (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik, ed. Harker, dkk. Yogyakarta: Jalasutra.
  27. Timmer, Jaap. 2007. “Desentralisasi Salah Kaprah dan Politik Elit di Papua.” dalam Politik Lokal di Indonesia, ed. H. S. Nordholt dan G. van Klinken. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  28. Tim Redaksi. 2007. “Situasi Sosial Politik di Wilayah Kepala Burung Provinsi Papua Barat, Inisiatif Perlawanan Lokal Simpul Kepala Burung Papua.” Prakarsa Rakyat, edisi Januari-Maret 2007.
  29. Tsing, Anna Lowenhaupt. 2005. Friction: An Ethnography of Global Connection. Prince-ton: Princeton University Press.
  30. Widjojo, Muridan. 2001. Diantara Kebutuhan Demokrasi dan Kemenangan Kekerasan: Konflik Papua Pasca Orde Baru. Jakarta: LP3ES dan The Ford Foundation.
  31. Zollner, Zilfred. 2006. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya di Papua Barat: Studi Realita Sosial dan Perspektif Politis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan The Evangelical Church in the Rhineland dan Gereja Kristen Injili di Tanah Papua.

Open Access Copyright (c) 2018 JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo)
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Publisher:
Sociology Laboratory - Department of Sociology
Faculty of Social and Political Sciences
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Central Java, Indonesia

 

 
apps