Contextualization of Abdurrahman Wahid's humanistic da’wah in cases of violation of human rights in Indonesia

Rosidi Rosidi*    -  Faculty of Da’wah and Communication, Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Indonesia
Najahan Musyafak  -  Faculty of Da'wah and Communication, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Indonesia
Umi Aisyah  -  Faculty of Da’wah and Communication, Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Indonesia
Suslina Suslina  -  Faculty of Da’wah and Communication, Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Indonesia

(*) Corresponding Author

Purpose - Two things become the purpose of this paper. First, to describe Abdurahman Wahid's humanistic da’wah. Second, to read the contextualization of humanistic da’wah on Human Rights Abuse.

Method - This paper applied Creswell's phenomenology in seeing the phenomena of Human Rights abuse. The data was taken from documents with humanistic da’wah and Abdurrahman Wahid's humanistic da’wah, along with human rights abuse cases that occurred, either from books, journals, news, or relevant online sources. The data was then analyzed descriptively.

Results  -  The research results show that: first, based on the reading of Abdurrahman Wahid's humanistic da’wah, humanization was performed based on its role as a da’i, author, activist, or nationalist. Humanization was visible from the writings published in books or printed media,  the attitude of being aligned to the oppressed through speeches as his plea towards the oppressed, and the policy issued through revocation of President Instruction number 14 of 1967 replaced by President Decree Number 6 of 2000. Second, in the context of human rights abuse, humanistic da’wah could be performed through 4 (four) aspects: da’i, material, method, and mad’u. From the aspect of da’i, humanistic da’wah could be achieved by anyone. However, people with power and authority will have a more significant impact. The material in humanistic da’wah should be about pluralism, justice, equality, and affection (anti-violence). The methods used were policy advocacy, assistance for the victims, and a massive community awareness movement. While mad’u from humanistic da’wah means everyone, disregarding their sex, social class, race, religion, age, and disabilities.

Implication – This result suggests improving the skills performance in da’wah strategy, messages, and methods related to social problems.

Originality - This research is a complementary study of the previous works, which focus on Abdurrahman Wahid's role in performing da’wah based on his authority. This study emphasizes the four aspects of humanity which could be applied for da’i to accomplish the humanitarian phenomena.

***

Tujuan - Dua hal yang menjadi tujuan dari tulisan ini. Pertama, untuk mendeskripsikan dakwah humanistik Abdurahman Wahid. Kedua, membaca kontekstualisasi dakwah humanistik tentang Pelanggaran HAM.

Metode - Artikel ini menerapkan fenomenologi Creswell dalam melihat fenomena pelanggaran HAM. Data diambil dari dokumen dakwah humanistik dan dakwah humanistik Abdurrahman Wahid, beserta kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi, baik dari buku, jurnal, berita, maupun sumber online yang relevan. Data kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, berdasarkan pembacaan dakwah humanistik Abdurrahman Wahid, humanisasi dilakukan berdasarkan perannya sebagai da’i, penulis, aktivis, atau nasionalis. Humanisasi itu terlihat dari tulisan-tulisan yang dimuat dalam buku atau media cetak, sikap berpihak kepada yang tertindas melalui pidato-pidato sebagai pembelaannya terhadap yang tertindas, dan kebijakan yang dikeluarkan melalui pencabutan Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 diganti dengan Keppres Nomor 6 Tahun 2000. Kedua, dalam konteks pelanggaran HAM, dakwah humanistik dapat dilakukan melalui 4 (empat) aspek: da’i, materi, metode, dan mad’u. Dari aspek da’i, dakwah humanistik dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun, orang dengan kekuasaan dan otoritas akan memiliki dampak yang lebih signifikan. Materi dakwah humanistik harus tentang pluralisme, keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang (anti kekerasan). Metode yang digunakan adalah advokasi kebijakan, pendampingan korban, dan gerakan penyadaran masyarakat secara masif. Sedangkan mad’u dari dakwah humanistik berarti semua orang, tidak memandang jenis kelamin, kelas sosial, ras, agama, usia, dan kecacatan.

Implikasi – Hasil ini menyarankan peningkatan kinerja keterampilan dalam strategi dakwah, pesan, dan metode yang berkaitan dengan masalah sosial.

Orisinalitas - Penelitian ini merupakan studi pelengkap dari karya-karya sebelumnya, yang berfokus pada peran Abdurrahman Wahid dalam melakukan dakwah berdasarkan otoritasnya. Kajian ini menekankan pada empat aspek kemanusiaan yang dapat diterapkan da’i untuk menyelesaikan fenomena kemanusiaan.

Keywords: Human rights abuse; Gus Dur; humanistic da’wah; contextualization; Pelanggaran hak asasi manusia; Gus Dur; dakwah humanistik; kontekstualisasi

  1. Ahmad, M. (2014) Ijtihad Politik Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.
  2. Aqil, M. (2020) ‘Nilai-nilai Humanisme dalam Dialog Antar Agama Perspektif Gus Dur’, Al-Adyan, Journal of Religious Studies, 6(1), p. 25. Available at: https://doi.org/10.21580/wa.v6i1.4915.
  3. Azharghany, R. (2020) ‘Da’wah Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia dalam Konsep Maslahah Mursalah’, 6(2), pp. 176–197.
  4. Aziz, M.A. (2016) Ilmu Da’wah. 5th ed. Jakarta: Prenada Media Group.
  5. Bakhtiar, N.A. (2008) 99 Keistimewaan Gus Dur. Jakarta: Kultura.
  6. Barton, G. (2004) Biografi Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.
  7. Baso, A. (2006) NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal. Jakarta: Erlangga.
  8. Casey, J. (2011) Understanding advocacy: A primer on the policy-making role of nonprofit organizations, Center for Nonprofit Strategy and Management. Available at: https://www.researchgate.net/publication/310766734_Understanding_Advocacy_A_Primer_on_the_Policy_Making_Role_of_Nonprofit_Organizations.
  9. Cresswell, J.W. (2015) Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  10. Dzakiri, H. (2013) 41 Warisan Kebesaran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.
  11. Fatoni, M.S. and Wijdan, F.. (2014) The Wisdom of Gus Dur: Butir-butir Kearifan Sang Waskita. Depok: Imania.
  12. Hakim, U.F.R. and Fadillah, R. (2020) ‘Anak autis sebagai mad’u da’wah: Analisis komunikasi interpersonal’, Jurnal Ilmu Da’wah, 40(2), p. 87. Available at: https://doi.org/10.21580/jid.v40.2.4702.
  13. Harruma, I. (2022) Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia 2022. Available at: Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia 2022.
  14. Ismanto, H. (2017) Konsep Filosofis Transformasi Da’wah Humanis dalam Perspektif Kuntowijoyo, Jurnal Ummul Qura.
  15. Khudori, A. (2003) Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta: Jendela.
  16. Kuntowijoyo (2001) Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transindental. Bandung: Mizan.
  17. Mastori, M., Maggalatung, A.S. and Arifin, Z. (2021) ‘Da’wah Dan Kekuasaan (Studi Da’wah Nabi Muhammad pada Periode Madinah)’, Jurnal Da’wah dan Komunikasi, 6(2), p. 189. Available at: https://doi.org/10.29240/jdk.v6i2.3677.
  18. Muhyiddin, A.S. (2019) ‘DA’WAH TRANSFORMATIF KIAI (Studi terhadap Gerakan Transformasi Sosial KH. Abdurrahman Wahid)’, Jurnal Ilmu Da’wah, 39(1), p. 1. Available at: https://doi.org/10.21580/jid.v39.1.3934.
  19. Nurhidayatullah (2020) ‘Konsep Da’wah Dalam Perspektif Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Studi Analisis Metode Da’wah)’, Jurnal Da’wah Tabligh, 21(2), p. 231. Available at: https://doi.org/10.24252/jdt.v21i2.12090.
  20. Qamariyah (2019) ‘Da’wah Humanis Melalui Gerakan Tarekat’, Jurnal Ilmu Da’wah, 39(2), pp. 183–196.
  21. RI, K.H. (2022) No Title.
  22. Rizky, U.F. (2015) ‘Kebijakan Kampus Inklusif bagi Penyandang Disabilitas (Studi tentang Advokasi Kebijakan Kampus Inklusif di Universitas Brawijaya)’, Indonesian Journal of Disability Studies, (2), pp. 1–8.
  23. Rosidi (2013) ‘Da’wah Multikultural di Indonesia Studi Pemikiran dan Gerakan Da’wah Abdurrahman Wahid’, Analisis : Jurnal Studi Keislaman, 13(2), pp. 481–500. Available at: http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/708/0.
  24. Simamora, R. (2017) ‘Petisi Online sebagai Alat Advokasi Kebijakan: Studi Kasus Change.Org Indonesia Periode 2015-2016’, Jurnal Komunikasi Indonesia, 6(1), pp. 57–67. Available at: https://doi.org/10.7454/jki.v6i1.8617.
  25. Siregar, M. (2015) ‘Menyeru Tanpa Hinaan (Upaya Menyemai Da’wah Humanis Pada Masyarakat Kota Langsa yang Pluralis)’, Jurnal Da’wah, 16(2), pp. 203–229. Available at: https://doi.org/10.14421/jd.2015.16202.
  26. Siswanti, H.P. (2022) ‘Pesan Da’wah dalam Media Islam tentang Pencegahan Kekerasan Seksual Anak di Pesantren’, 01(01), pp. 349–369.
  27. Syabibi, M.R. et al. (2021) ‘Communicative Cultural Da’wah of Abdurrahman Wahid in Pluralistic Society’, Karsa: Journal of Social and Islamic Culture, 29(2), pp. 1–33. Available at: https://doi.org/10.19105/karsa.v29i2.5220.
  28. Syeikh, A.K. (2018) ‘Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma ’ Ruf Nahi Munkar’, Al Idarah, 2(2), pp. 1–22.
  29. Wahid, A. (2006) Islamku, Islam Anda, Islam Kita : Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute.

Open Access Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmu Dakwah
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats

 

Indexed by


      

Jurnal Ilmu Dakwah
Published by Faculty of Da'wa and Communication UIN Walisongo Semarang
Jl Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Phone: +622214085031
https://fakdakom.walisongo.ac.id/
Email: ilmudakwah@walisongo.ac.id

ISSN: 1693-8054 (print)
ISSN: 2581-236X (online)
DOI : 10.21580/jid


This work is licensed under CC Atribution - Non Comercial - ShareAlike 4.0.

 
apps