The Symbolic meaning of marhabaan culture as a da'wah activity among the Nahdliyin community
DOI:
https://doi.org/10.21580/jid.v43.2.18477Keywords:
Symbolic meaning, marhabaan culture, missionary activities, nahdliyin society, Makna simbolik, budya marhabaan, aktivitas dakwah, masyarakat nahdliyinAbstract
Purpose - This research aims to determine and analyze da'wah activities in Marhabaan culture, which include the Marhabaan process, the symbolism of shaving a baby's hair, and the symbolism of the da'wah message on Marhabaan devices.
Method - The method used in this research is qualitative. This method clearly defines various research procedures to produce descriptive data from what is observed in Marhabaan cultural activities, whether written or oral. Data collection was carried out through observation, interviews, and documentation.
Result - This research shows that the Marhabaan culture as a da'wah activity among the Nahdliyin community is: First, the Marhabaan process as a da'wah activity has initial activities, core activities, and final activities. Second, the symbolism of shaving a baby's hair has a preaching message in which Islam requires shaving a baby's hair when they are born. Third, the symbolism of the da'wah message in the Marhabaan device includes cau (banana), ulen (glutinous rice), cai herang (water). Cau (banana) symbolizes life that is believed to grow and develop into a large family because the banana tree represents the integrity of family life. Thus, Islam, as a missionary religion, invites and expects a family to grow, develop, and have qualities so that God's mandate can be carried out well. Ulen (glutinous rice) has a message of da'wah, namely as muscular Islamic strength and unity by the word of Allah in surah Ali Imran:103). Meanwhile, cai herang (white water) preaches that humans should always have a clean heart and mind and carry out actions according to the commands of Allah and His Messenger.
Implication – This research suggests that the existence and essence of Marhabaan culture as a da'wah activity needs to be adequately maintained as a form of acculturation and negotiation between Islamic religion and culture.
Originality - The study of Marhabaan culture as an ethnography of da'wah differs from previous studies because no previous research has specifically discussed Marhabaan culture as an ethnography of da'wah.
***
Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aktivitas dakwah dalam budaya Marhabaan, yang meliputi proses Marhabaan, simbolisme mencukur rambut bayi, dan simbolisme pesan dakwah pada perangkat Marhabaan.
Metode - Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode ini secara jelas mendefinisikan berbagai prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskriptif dari apa yang diamati dalam kegiatan budaya Marhabaan, baik tertulis maupun lisan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil - Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya Marhabaan sebagai aktivitas dakwah di kalangan masyarakat Nahdliyin: Pertama, proses Marhabaan sebagai kegiatan dakwah memiliki kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kedua, simbolisme mencukur rambut bayi memiliki pesan dakwah dimana Islam mewajibkan untuk mencukur rambut bayi ketika dilahirkan. Ketiga, simbolisme pesan dakwah dalam perangkat Marhabaan meliputi cau (pisang), ulen (ketan), cai herang (air). Cau (pisang) melambangkan kehidupan yang diyakini akan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah keluarga besar karena pohon pisang melambangkan keutuhan hidup berkeluarga. Dengan demikian, Islam sebagai agama dakwah mengajak dan mengharapkan sebuah keluarga untuk tumbuh, berkembang, dan memiliki kualitas sehingga amanah Allah dapat dijalankan dengan baik. Ulen (beras ketan) memiliki pesan dakwah, yaitu sebagai perekat kekuatan dan persatuan umat Islam sesuai dengan firman Allah dalam surah Ali Imran:103). Sedangkan cai herang (air putih) mendakwahkan agar manusia selalu memiliki hati dan pikiran yang bersih dan melakukan tindakan sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Implikasi - Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi dan esensi budaya Marhabaan sebagai aktivitas dakwah perlu dipertahankan secara memadai sebagai bentuk akulturasi dan negosiasi antara agama Islam dan budaya.
Orisinalitas - Kajian budaya Marhabaan sebagai etnografi dakwah berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena belum ada penelitian sebelumnya yang secara khusus membahas budaya Marhabaan sebagai etnografi dakwah.
Downloads
References
Abdul Fatah, M. (2008). Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Akbar, S. P., & Usman, H. (2006). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Askara.
Bachmid, G. (2014). Kitab" Barzanji" dalam Perspektif Masyarakat Muslim Di Manado, Sulawesi Utara. LAKTUR.
Departemen Agama. (2009). Al-Qur’an dan terjemahan. Jakarta: Departemen Agama.
Dillistone, F. W. (1986). The power of symbols in religion and culture. New York: Crossroad.
Divika, A. H. Y. (2019). Adat dalam Perspektif Dakwah(Studi Etnografi Tradisi Pemberian Nama Anak Dalam Suku Melayu). At-Tadabbur: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 9 (1), 123–138.
Ghony F., M. D. A. (2016). Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Junaid, M. (2005). Tradisi Barzanji Sya’ban Masyarakat Bugis Wajo Tanjung Jabung Timur. Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(1), 79–92.
Koentjaraningrat, K. (2004). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Librianti, E. O. I., & Mukarom, Z. (2019). Budaya Tahlilan sebagai Media Dakwah. Prophetica: Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting, 5(1), 1–20.
Lorens, B. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Lubis, N. H. (2011). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung: Yayasan MSI [Masyarakat Sejarawan Indonesia].
Mulyana, D. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar (1st ed.; Muchlis, ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustari, M., & Rahman, M. T. (2012). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
Negara, W. S. (2017). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Mabbarasanji pada Masayrakat Bugis di Kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Poerwadarminta, W. J. S. (1954). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementerian PP dan K.
Sambas, S., & Aripudin, A. (2007). Dakwah Damai Pengantar Dakwah Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saputra, E. W. (2017). Makna Dupa dalam Tradisi Assuro Ammaca di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Sholikhin, M. (2010). Ritual dan Tradisi Islam Jawa: Ritual-ritual dan tradisi-tradisi tentang kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Islam Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Raffles, T. S. (2018). The history of Java (Vol. 1). London: John Murray
Rahman, T. (2013). “Indianization” of Indonesia in a Historical Sketch. International Journal of Nusantara Islam, 1(2), 56–64.
Rahmat, A. (2015). Tradisi Potong Rambut Gorontalo (Hundingo). IBDA: Jurnal Kajian Islam Dan Budaya, 13(2), 86–96.
Rosyid, N. (2012). Bershalawat Bersama Habib: Transformasi Baru Relasi Audiens Muslim NU Di Indonesia. Jantra, 7(2), 135–144.
Sujati, B. (2019). Tradisi Budaya Masyarakat Islam di Tatar Sunda (Jawa Barat). Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab Dan Dakwah, 1(1), 37–51.
Sumpena, D. (2012). Islam dan budaya lokal: Kajian terhadap Interelasi Islam dan budaya Sunda. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 6(1), 101–120.
Syarbini, H. A. (2011). Islam dan Kearifan Lokal (Local Wisdom): Menelusuri Nilai-nilai Islam dalam Praktik.
Van den Boogert, J. (2017). The role of slametan in the discourse on Javanese Islam. Indonesia and the Malay World, 45(133), 352–372.
Wahidi, R. (2015). Budaya dan Agama sebagai Identitas Islam Nusantara; Kajian atas Tradisi Marhaba’an/Maulid nabi di Tanah Sunda. Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 5(2), 200–218.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-NC-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).