Reduksi Tingkat Stress pada Komunitas Purbalingga Street Art melalui Graffiti dan Mural

Eti Khusnul Khotimah*  -  Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto, Indonesia
Alief Budiyono  -  Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto, Indonesia

(*) Corresponding Author

Many things can be done to reduce stress, one of them is through Graffiti and Mural. Both are recognized to reduce stress levels in a person. The purpose of this study is to find out how to reduce stress levels and differences in stress levels before and after treatment in the form of drawing graffiti and murals in the Purbalingga Street Art (PUSAR) community. This type of research is a quantitative quasi experiment. To measure stress levels, the instrument used is the Depression Anxiety Stress Scale (DASS). The stress difference was analyzed using the Wilcoxon signed rank test. The results of the study stated that graffiti and murals can cause a sense of fun and calm when the artist holds a pilox (spray paint) on the object of the wall. Then, there is a point in making graffiti that makes a graffiti artist feel satisfied to express and express emotions from within himself. So that what makes graffiti and murals can overcome problems and cause pleasure is when all emotions can be overflowed into his work. Furthermore, every member of the Purbalingga Street Art (PUSAR) community with different stress levels get different results. Statistical test results show a significant difference or decrease in stress levels in the study subjects with the results of p value = 0.011 (p value <0.05), so the hypothesis is accepted.


Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mereduksi stress, salah satunya melalui Graffiti dan Mural. Keduanya diakui dapat mengurangi tingkat stress pada seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui cara mereduksi tingkat stress dan perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah dilakukannya perlakuan berupa menggambar graffiti dan mural pada komunitas Purbalingga Street Art (PUSAR). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif quasi eksperimen. Untuk mengukur tingkat stress, instrumen yang digunakan adalah skala Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Perbedaan stress tersebut dianalisis menggunakan uji wilcoxon signed rank. Hasil penelitian menyatakan bahwa graffiti dan mural dapat menimbulkan rasa senang serta ketenangan ketika artist memegang pilox (cat semprot) pada obyek tembok. Kemudian, ada sebuah titik dalam pembuatan graffiti yang membuat seorang artist graffiti merasa puas untuk mengungkapkan dan mengekspresikan emosi dari dalam dirinya. Sehingga yang membuat graffiti dan mural dapat mengatasi masalah dan menimbulkan rasa senang adalah saat semua emosi dapat diluapkan ke karyanya. Selanjutnya, setiap anggotakomunitas Purbalingga Street Art (PUSAR) dengan tingkat stress yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda pula. Hasil uji statistik menunjukan perbedaan atau penurunan tingkat stress yang signifikan pada subjek penelitian dengan hasil p value = 0,011 (p value < 0,05), sehingga hipotesis diterima. 

  1. Abidin, M. Z. (2012). Model-Model Pengembangan Kajian Psikologi dalam Diskursus Pemikiran Muslim Kontemporer. Jurnal Religi, 8(1), 13–29.
  2. Abidin, Z. (2009). Ketika Stress Beraksi Islam Punya Solusi. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 3(1).
  3. Asharhani, I. S. (2012). Mural dan Graffiti Sebagai Elemen Pembentuk Townscape. Skripsi.
  4. Budyastomo, A. W. (2018). Bentuk Bahasa Komunikasi dalam Seni Grafiti Sebagai Media Peyampaian Pesan (Studi Kasus : Padepokan Grafiti Salatiga ). Jurnal Batoboh, 3(2), 146–156.
  5. Candra, C. O. (2013). Pesan Visual Mural Kota Karya Jogja Mural Forum – Yogyakarta. Skripsi.
  6. Clantwo. (2019). Wawancaran dalam Coolabs Talk 3, Street Art: Menantang Ruang untuk Berekspresi.
  7. Dewa Gede Agung Agus Setiana, Cristin Wiyani, R. E. (2017). Pengaruh Art Therapy (Terapi Menggambar) terhadap Stres pada Lansia. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 13(2).
  8. Diets. (2018). Wawancara dalam ulangtahun Urban Street Art (USC) ke-5.
  9. Fachmi Ramadani, Hairunnisa, S. (2018). Pesan Sosial dalam Seni Mural di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(3), 621–632.
  10. Feist, Jess dan Feist, G. J. (2008). Theories of Personality (Y. Santoso, Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  11. KBBI. (2018).
  12. Khofifah, A. (2015). Gambaran Tingkat Stress pada Anak Usia Sekolah Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) di SDN Gegerkalong Girang 2. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 1(2), 125–130.
  13. Lina Asnita, Arneliwati, J. (2015). Hubungan Tingkat Stress dengan Harga Diri Remaja di Lembaga Pemasyarakatan. JOM, 2(2).
  14. Malchiodi, C. A. (2006). Expressive Therapies. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/files/attachments/231/malchiodi3.pdf.
  15. Masdar, H., Saputri, P. A., Rosdiana, D., & Chandra, F. (2016). Depresi , ansietas , dan stres serta hubungannya dengan obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(4), 138–143.
  16. Milk. (2018). Wawancara dalam ulangtahun Urban Street Culture (USC) ke-5.
  17. Mukhlis, A. (2011). Pengaruh Terapi Membatik terhadap Depresi pada Narapidana. Jurnal Psikologi Islam, 8(1), 99–115.
  18. Padan, W. H., Roswita, M. Y., Hastuti, L. W., Therapy, A. R. T., Mengurangi, U., Pada, K., & Yang, A. (2013). Art Therapy untuk Mengurangi Kecemasan pada Anak yang Baru Memasuki Panti Asuhan. Jurnal Prediksi, Kajian Ilmiah Psikologi, 2(1), 50–53.
  19. Permatasari, A. E., Marat, S., & Suparman, M. Y. (2017). Penerapan Art Therapy untuk Menurunkan Depresi pada Lansia di Panti Werdha X. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 1(1), 116–126.
  20. Priyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
  21. Purwandari, R. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-Ringo Rantauprapat. Skripsi.
  22. Rahmawati, M. (2014). Menulis Ekspresif sebagai Strategi Mereduksi Stres untuk Anak-anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 02(02), 276–293. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/2002.
  23. Rochman, K. L. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press.
  24. Sani, F. L. (2015). Fenomena Komunikasi Anggota Komunitas Graffiti di Kota Medan (Studi Fenomenologi pada Anggota Komunitas ME&ART). Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 1–13.
  25. Sayekti, E. (2017). Stress Akademik pada Siswa Kelas XI MA Yarobi Kec. Grobogan, Kab. Grobogan. Skripsi.
  26. Sholihah, I. N. (2017). Kajian teoritis penggunaan art therapy dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMK. PROCEEDINGS INTERNATIONAL CONFERENCE, 173–182.
  27. Susanto, M. (2002). Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
  28. Tania Puspa Anggraeni dan Miftakhul Jannah. (2014). Hubungan antara Psychoogical Well-Being dan Kepribadian Hardiness dengan Stres pada Petugas Port Securuty. Jurnal Character, 3(2), 1–5.
  29. Widagdo, M. B. (2016). Jurnal Ilmu Sosial Jurnal Ilmu Sosial. Jurnal Ilmu Sosial, 15(1), 24–34.
  30. Yuniar, R. (2017). Graffiti Sebagai Media Komunikasi Politik Kaum Urban. Naskah Publikasi.

Open Access Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmu Dakwah
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats

 

Indexed by


      

Jurnal Ilmu Dakwah
Published by Faculty of Da'wa and Communication UIN Walisongo Semarang
Jl Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Phone: +622214085031
https://fakdakom.walisongo.ac.id/
Email: [email protected]

ISSN: 1693-8054 (print)
ISSN: 2581-236X (online)
DOI : 10.21580/jid


This work is licensed under CC Atribution - Non Comercial - ShareAlike 4.0.

 
apps