Ekspresi Keberagaman Online: Media Baru dan Dakwah
DOI:
https://doi.org/10.21580/jid.v40.1.5298Keywords:
agama, online, media baru, dakwahAbstract
This paper explain how diversity expression of dakwah in new media. Today, media makes many preachers and mad’u use new media facilities, including internet media where content to Islam is packaged in stories of everyday life and given with funny things. this strategy attracts many interested people on both sides of the preacher and the mad'u themselves. Da'wah is the one of the activities aimed at inviting others in kindness, reminiscent of the end of the day, while new media is a tool used to invite others to better paths. In other developments the question arises regarding human imagination about God and the path of understanding spirituality experiencing setbacks or impoverishment in the digital age. Will the path of God's search for this generation of media cause visitors to the place of worship to recede, the preaching of the Scriptures is not heard, and the spirit of the religious community was down. Is the “new media gedia generation” aware or not “deify” “virtual God”. This research uses a case study on the response of preachers and people related to the expression of diversity in using new media, so that how to interpret the message in the social media content Instagram, Facebook, Twitter and YouTube which is a unity of the internet world.
Tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana dakwah dengan ekspresi keberagaman pada media baru saat ini. Dewasa ini media membuat banyak pendakwah maupun mad’u memanfaatkan fasilitas media baru, diantaranya media internet dimana konten-konten ke Islaman yang dikemas dengan santai dalam cerita kehidupan sehari-hari serta dibumbuhi hal-hal lucu. Strategi ini banyak menjaring peminat pada kedua sisi baik pendakwah maupun para mad’u itu sendiri. Dakwah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan mengajak orang lain dalam kebaikan, mengingatkan terhadap hari akhir, sedangkan media baru adalah alat yang digunakan untuk mengajak orang lain kejalan yang lebih baik. Pada perkembangan lain muncul pertanyaan terkait imajinasi manusia tentang Tuhan dan jalan pemahaman spritualitas mengalami kemunduran atau pemiskinan di era digital. Apakah jalan pencarian Tuhan generasi media ini akan menyebabkan pengunjung tempat ibadah surut, pemberitaan Kitab Suci tidak didengar, dan spirit komunitas keagamaan tatap muka meredup. Apakah “generasi media baru” ini sadar atau tidak mulai : “menuhankan” “Tuhan-tuhan virtual”. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap respon pendakwah dan umat terkait ekspresi keberagaman didalam menggunakan media baru, sehingga bagaimana memaknai pesan dakwah yang terkandung didalam konten-konten media sosial Instagram, facebook, twitter maupun youtube yang merupakan satu kesatuan dunia internet.
Downloads
References
Basit, A. (2006). Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berger, H. & D. Ezzy. (2004). Internet sebagai rohani mayaal komunitas: penyihir remaja di Amerika Serikat and Australia. Dalam L. Dawson & D. Cowan (Eds.), Religiononline: Menemukan iman di Internet. New York: Routledge.
Brooke, T . (Ed.). (1997). Dewa virtual. Eugene. Oregon: Harvest House.
Caputo, John D. (2001). On Religion, Francis: Roudledge.
Dagun, Save M. Kamus Besar Lima Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Nusantara TT.
Depdikbud. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Friedman, Dalam R. Flatham (ed.). (1973). Concept in Social and Political Philosophy. New York: McMilaan.
Gibson, Wiliam. Dalam novel fantasi ilmiahnya Neuromancer yang terbit pada (1984). & R. Kitchen (1998). Cyberspace: The World In The Wires. New York: John Wiley & Sons.
Hidayat, Komarudin. (20000 “Agama dan Kegalauan Masyarakat Modern”, dalam Nurcholish Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern. Jakarta: Mediacita.
Hine, Christine. (2000) Virtual Etnhography.London, Thousand Oaks. New Delhi: SAGE Publications.
Hitti, Philip K., (1974). History of the Arabs. London: Macmillan Press Ltd.
Ichwan, Moch Nur. (2005). “Ulama, State and Politics,” Islamic Law and Society.
Ilaihi, W., & Hefni H. (2015). Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Ismail, Ilyas. (2006). Paradigma Dakwah Sayyid Qutub: Rekontruksi Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani.
Kusnawan, Aep. (2004). Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press.
Logan, Robert K. (2010). Understanding New Media. New York: Peter Lang.
Mahfudz, Syekh Ali. Hidayat al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’zh wa al-Khithabah, (Beirut: Dar al-Marifah, TT.
Mulkhan, A. M. (1996). Ideologisasi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir. Yogyakarta: Sipress.
Rabiah, T. S. (2013) Analysis of Rampak Bedug Arts as Media on Da’wa in Banten. Jurnal Bimas Islam.
Rogers, Everett M. (2003). (Dalam Ana Nadia Abrar), Teknologi Komunikasi: Prespektif Ilmu komunikasi. Yogyakarta: LESVI.
Salim, Peter dan Yenny Salim. (1999). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English.
Setiana, W. (2011). Revitalisasi Dakwah dalam Menghadapi Dampak Budaya Global di Indonesia. Jurnal Ilmu Dakwah.
Suseno, F. M., & dkk. (2007). Memahami Hubungan Antar Agama. Yogyakarta: Sukses Offset.
Downloads
Published
Issue
Section
License
The copyright of the accepted article shall be assigned to the publisher of the journal. The intended copyright includes the right to publish the article in various forms (including reprints). The journal maintains the publishing rights to published articles.
In line with the license, authors and any users (readers and other researchers) are allowed to share and adapt the material only for non-commercial purposes. In addition, the material must be given appropriate credit, provided with a link to the license, and indicated if changes were made. If authors remix, transform or build upon the material, authors must distribute their contributions under the same license as the original.