EPISTEMOLOGI TAFSIR AL-QURAN FARID ESACK

Ahmad Zainal Abidin*  -  STAIN Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia

(*) Corresponding Author
Abstract: Epistemologi cally speaking, Esack’s herme¬neu-tics is based on reception hermeneutics which is populer in the hand of Biblical hermenut, Fran¬cis Shcussler-Fiorenza. In this herme¬neutics, the truth of the holy books are seen in an eye of how far can the hermeneutics solve the actual human problems. This is wholly different from that of revelationist who put very huge burden on the discourse on God and how is He present and being involve in the world. Some other hermeneuts also contributed in a different level. In his hermeneutics, Esack put the three basic elements of hermeneutics namely the text-its author, inter-preters, and an on going interpreta¬tive activity itself. His basic assumption is a particular, contextual and practical inter¬pretation. In South Africa’s context, Esack tried to transform the context of oppression and dehumanization by apartheid into a critical interpretative model. This thought is based on a non prophetic human experience which is ba¬sically interpretative and socially-culturally contex¬tual. By this, it is impossible to sustain the existence of a static, universal, united and free-value interpretation. Reversally, this pursued a contextual-particular, temporal and “bias” interpretation. Abstrak: Pembicaraan secara epistemologis, hermeneutika Farid Esack berdasarkan pada hermeneutika resepsi yang populer di tangan ahli hermeneutika Biblikal, Francis Shcussler-Fiorenza. Dalam hermeneutika ini, kebenaran dari kitab-kitab suci dilihat dari sebuah pandangan sejauh mana bisa hermeneutika memecahkan persoalan-persoalan manusia aktual. Secara keseluruhan ini berbeda dari pewahyu yang meletakkan sangat besar dalam wacana tentang Tuhan dan bagaimana Dia menghadirkan dan terlibat di dunia ini. Beberapa hermeneutika yang lain juga berkontribusi pada level yang berbeda. Dalam hermeneutikanya, Esack me¬nempat¬kan tiga unsur dasar hermeneutika, yaitu pengarang teks itu sendiri, penafsir, dan berlanjut pada aktivitas interpretatif sendiri. Asumsi dasarnya adalah partikular, kontekstual dan interpretasi praktis. Dalam konteks Afrika Selatan, Esack mencoba mentransformasi konteks penindasan dan dehumanisasi oleh apartheid [politik pemisahan pen¬duduk yang bukan berkulit putih di Republik Afrika Selatan] ke dalam sebuah model interpretatif kritis. Pemikiran ini berdasarkan pada pengalaman manusia yang non profetik yang pada dasarnya merupakan konteks interpretatif dan kontekstual secara sosio-kultural. Melalui ini memungkinkan untuk mempertahankan eksistensi statik, universal, keutuhan, dan interpretasi bebas nilai. Sebaliknya, ini berlanjut ke sebuah konteks-partikular, interpretasi “bias” dan temporal. Keywords: Reception hermeneutics, Present Context, Contex-tual-practical Interpretation
  1. DAFTAR PUSTAKA
  2. Abdullah, Amin, “al-Ta’wil al-‘Ilmi” Ke Arah Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci,” dalam Al-Jami’ah Journal of Islamic Studies, Vol 39, No 2, Juli- Desember 2001, 371-387.
  3. Amal, Taufik Adnan [ed.], Metode dan Alternatif Neo Modernisme Islam Fazlur Rahman, terj. Ahsin M, Bandung: Mizan, 1993.
  4. Amal, Taufik Adnan Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1993.
  5. Arkoun, Mohammad, Nalar Islami dan nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru Islam, terj. Rahayu S. Hidayat, Jakarta: INIS, 1994)
  6. Ayoub, Mahmoud M., “Roots of Muslim-Christian Conflict”, dalamMuslim World 79, (1), 1989.
  7. Buckley, “The Hermeneutical Deadlock Between Revelationists, Textualists, and Functionalists” dalam Modern Theology 6:4, (1990).
  8. Church, Alonzo, “Epistemology” dalam Dagobert D. Runes (ed.) Dictionary of Philosophy. Totowa: Litle Lifeeld, Adams & Co., 1976.
  9. Dagut, Simon, Profile of Farid Esack, http://www. Farid Esack Home page.com.
  10. Esack, Farid, “Contemporary Religious Thought in South Africa and the Emergence of Qur’anic Hermeneutical Notion,” dalam I.C.M.R.,2. (1991).
  11. Esack, Farid, “How Liberated is Christian Liberation Theology in South Africa ?”, http://www. home page. Esack.com.
  12. Esack, Farid, “Qur’anic Hermeneutics: Problem and Prospect,” The Muslm World, Vol. LXXXIII, no.2, (1993)
  13. Esack, Farid, “Qur’anic Hermeneutics: Problem and Prospect”, dalam The Muslim World, Vol. 83, no.2, April 1993.
  14. Esack, Farid, “The Exodus Paradigm in The Qur’an in The Light of Re-Interpretatif Islamic Thought in South Africa”, dalam Islamochristiana, vol.17,1991.
  15. Esack, Farid, Qur’an, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of interreligious Solidarity Against Oppression, England: One World, Oxford,1997.
  16. Esack, Farid, http://www . Home page Farid Esack.com.
  17. Fiorenza, Francis Schussler, “The Interpretation of Scriptural Authority: Interpretation and Reception,” dalam Interpretation, XLIV: 4, 1990.
  18. Ḥanafi, Ḥasan, al-Yamīn wa al-Yasārfī al-Fikr al-Dīnī, Kairo: Maktabah Madbuli, 1989.
  19. Khuza’i, Rodliyah, “Epistemologi Mohammad Iqbal dan Charles S. Peirce (Suatu Kajian Perbandingan Pemikiran)”, Disertasi Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2004.
  20. Legum, Colin “Nationalism in South Africa” dalam Joseph C.Arene and Godfrey N.Brown [ed.], Africa in The Nineteenth and Twentieth Centuries, Humanity Press, 1979.
  21. Nottingham, Elizabeth K., Agama Dan Masyarakat ; Suatu Pengantar Sosiologi Agama, terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997.
  22. Orsbone, Grant R., The Hermeneutical Spiral, Illinois: Intervarsity Press, 1991.
  23. Panggabean, Samsurizal, “Fazlur Rahman dan Neomodernisme Islam”, Bangkit, No. 8/III/1994, 36-37.
  24. Pothholm, Christian P., Four African Political Systems, (New Jersey: Preintice-hall, 1970).
  25. Rahman, Fazlur, Major Themes of the Qur’an, edisi terjemahan Tema-tema Pokok al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1995)
  26. Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1985.
  27. Segundo, Juan Louis, The Theology of Liberation, New York: Orbit Books, 1991.
  28. Sharp, John, “Non-Racialism and Its Discontents: a Post-apartheid Paradox”, dalam International Social Sciences Journal, (1998).
  29. Shaḥrūr, Muḥammad, al-Kitāb wa al-Qur’ān: Qirā’ah Mu‘āṣirah, Damaskus: Dār al-Ahalī, 1990.
  30. Thomson, Leonard dan Andrew Prior, South African Politics, New York:The Vail-Ballov Press, 1982.

Open Access Copyright (c) 2016 Teologia

 

JURNAL THEOLOGIA

Published by The Faculty of Islamic Theology and Humanities
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang - Indonesia

 
                                                               
Web
Analytics
View My Stats
apps