MELATIH KREATIVITAS DAN DAYA NALAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RME

mujiasih m*  -  Fakultas Saintek UIN Walisongo, Indonesia

(*) Corresponding Author

Atas dasar ijin dari Kementerian Pendidikan Nasional, maka model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) telah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Di setiap provinsi, telah ditunjuk beberapa sekolah untuk melak- sanakan pembelajaran RME ini. Oleh karena itu, maka mahasiswa Prodi Tadris Matematika perlu disiapkan se- cara dini, dengan pengetahuan tentang model pembela- jaran RME ini, yakni mengetahui sintaks (urutan langkah pembelajaran), dan mampu mempraktikkannya. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, ada tiga dimensi utama yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di sekolah, yaitu (1) kegunaan matematika dalam kehidu- pan sehari-hari, (2) matematika sebagai alat berpikir, dan (3) matematika sebagai produk budaya manusia. Pembe- lajaran matematika harus mampu mengembangkan ke- mampuan siswa untuk memberikan alasan (reasoning), mengembangkan kreativitas (creativity), daya nalar (think logically), dan pembuktian (proof). Hal ini dapat dicapai me- lalui pembelajaran RME.
Jadi, pembelajaran matematika di sekolah perlu dija- dikan sarana untuk melatih dan mengembangkan kreativi- tas siswa dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang kelak akan beraktivitas dengan memerlukan kreativi- tas yang tinggi. Salah satu caranya adalah dengan mener- apkan RME (Realistic Mathematics Education) di sekolah.

Keywords: RME, Kreativitas

  1. As’ari. 2006. Mengembalikan Fitrah Kreatif Guru Matematika. Ma- kalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika di UNNES, tanggal 24 Agustus 2006.
  2. Bekti Hermawan Handojo dan Srihari Ediati. 2005. Math Magic.
  3. Jakarta: Penerbit PT. Kawan Pustaka.
  4. Brian Bolt. 1990. Permainan dan Teka-Teki Matematika yang Lebih Mengasyikkan. Jakarta: PT. Gramedia.
  5. Chuck W. Wiederhold. 2001. Cooperative Learning & Higher Level Thinking. San Clemente: Kagan Coperative Learning.
  6. Firmawaty Sutan. 2005. Mahir Matematika Melalui Permainan. Jakarta: Penerbit Puspa Swara.
  7. Freudenthal. 1991. Revisiting Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht Kluwer: Academic Publishers.
  8. Inge Schwank. 1993. On the Analysis of Cognitive Structures in Al- gorithmic Thinking. The Journal of Mathematical Behavior. June 1993. Volume 12, Number 2. New Jersey : Ablex Publishing Corporation.
  9. Jozua Sahbandar. 2005. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran. Jakarta: Departemen Tadris Nasional.
  10. Lyn D. English dan Graeme S. Halford. 1995. Mathematics Education – Models and Processes. Ney Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
  11. Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky. 2003. Mengajar Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  12. Nasrullah. 1986. Bercengkrama dengan Angka. Bandung: Penerbit Angkasa.
  13. Stanley P. Izen. 1998. Proof in Modern Geometry. Journal of Teachers Mathematics. Volume 91, Number 8, November, p 719.
  14. Wono Setyo Budhi. 2004. Menuju Olimpiade Matematika SMP. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya MIPA.
  15. Yoshio Kimura. 1993. Computer Graphics and Mathematics Educa- tion. Surabaya : FMIPA IKIP Surabaya.

Open Access Copyright (c) 2016 Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Phenomenon: Jurnal Pendidikan MIPA
Published by Faculty of Science and Technology UIN Walisongo Semarang
Jl Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Phone: +62 815-7502-8676
Website: https://fst.walisongo.ac.id/
Email: phenomenon@walisongo.ac.id

apps