Pendampingan Komunitas Pengemis dalam Melestarikan Piwulang Kanjeng Sunan Drajat Lamongan
DOI:
https://doi.org/10.21580/dms.2018.182.2989Keywords:
Sunan Drajat, Piwulang, Pengemis, Wisata ReligiAbstract
Raden Qosim or better known as Kanjeng Sunan Drajat, is present in our midst and has colored the lives of Indonesians, especially the city of Lamongan. Concern and wisdom are still felt today with the concept of Piwulang Wenehono ... Wenehono ... ..... Wenehono ...... This concept gives the meaning of the command to always give... give ... give ... ... and not asking. But in reality not all citizens are aware of and understand the implicit meanings in it, some people only take advantage and take advantage of tourist areas as part of a way to make a living regardless of the sustainability of the site of Sunan Drajat. Economic inequality is the key to dying for someone to throw themselves into a puddle of life that is not in accordance with religious norms, some people decide to become beggars. The decision to become a beggar is based on economic factors, compulsion and cultural factors of his ancestors. Beggars coloring in the world of religious tourism, regardless of whether this is appropriate or as part of helping people to do charity
Raden Qosim, atau lebih dikenal sebagai Kanjeng Sunan Drajat, hadir di tengah-tengah kita dan telah mewarnai kehidupan orang Indonesia, khususnya kota Lamongan. Kepedulian dan kebijaksanaan masih terasa saat ini dengan konsep Piwulang Wenehono ... Wenehono .... ..... Wenehono ...... Konsep ini memberi arti perintah untuk selalu memberi..., memberi ... memberi ... ... dan bukan meminta. Tetapi pada kenyataannya tidak semua warga negara menyadari dan memahami makna implisit di dalamnya, sebagian orang hanya mengambil keuntungan dan memanfaat kawasan wisata sebagai bagian dari cara untuk mencari nafkah tanpa memperhatikan keberlangsungan situs Sunan Drajat. Kesenjangan ekonomi adalah kunci untuk mati bagi seseorang untuk melemparkan dirinya ke dalam kubangan kehidupan yang tidak sesuai dengan norma agama, sebagian orang memutuskan untuk menjadi pengemis. Keputusan menjadi pengemis didasari karena faktor ekonomi, keterpaksaan dan faktor budaya nenek moyangnya. Pengemis turut mewarnai di dunia wisata religi, tanpa memperdulikan apakah ini pantas atau sebagai bagian dari membantu orang untuk beramal
Downloads
References
Astrini Merlindha, Getar Hati. 2015. “Upaya Rehabilitasi Sosial Dalam Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Di Provinsi Dki Jakarta.” Jurnal Ilmu Kesehatan Sosial 16(1): 60–73.
Faisol, Abdullah. 2005. Metode dan Teknik Kuliah Kerja Nyata Transformatif: Implementasi Participatory Action Research (PAR) dan Participatory Rural Appraisal (PRA) Untuk Aksi Perubahan Sosial. 1 ed. Surakarta: P3M STAIN Surakarta.
Gumilang, Galang Surya. 2017. “Internalization Of Philosophical Value ‘Tembang Macapat’ In Guidance And Counseling.” In Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling), Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas PGRI Madiun, 62–77.
Maghfur Ahmad. 2010. “Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan-Pengemis (Gepeng).” Jurnal Penelitian 7(9): 1–16.
Miftachul Ulum. 2013. Mahir analisis data SPSS : statistical product, service solution. I. Yogyakarta: Ghaneswara.
———. 2018. “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Berbasis Pondok Pesantren.” EVALUASI 2(2): 382–97.
Muzakki, Ahmad Wafi. 2017. Prosiding Seminar Pendidikan Nasional Humanisme Religious Sunan Drajat sebagai Nilai Sejarah dan Kearifan Lokal.
Riyanto, Ditha Ardelina. 2018. “Kinerja Unit Pelaksana Teknis (Upt) Liponsos Keputih Surabaya Dalam Pelayanan Sosial Dasar Bagi Gelandangan Dan Pengemis.” Program Studi Ilmu Administrasi Negara Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga 5(1): 1–11.
Satori, Akhmad, dan Subhan Agung. 2017. “International journal of multicultural and multireligious understanding.” International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding 4(1): 15–24. http://ijmmu.com/index.php/ijmmu/article/view/62/59.
Simbolon, Torkis Joel, I Wayan Windia, dan I Made Sudarma. 2016. “Perbandingan Pendapatan Petani dengan Pendapatan Pengemis di Kota Denpasar.” E-Jurnal Agrobisnis dan Agrowisata 5(2): 460–67.
Topowijono, Muhammad Fahrizal Anwar Djamhur Hamid. 2017. “Analisis Dampak Pengembangan Wisata Religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Pada Kelurahan Gapurosukolilo Kabupaten Gresik).” Jurnal Administrasi Bisnis ( JAB ) 44(1): 186–93.
Tyas Martika Anggriana, Noviyanti Kartika Dewi. 2016. “Identifikasi Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis.” INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi 7(1): 30–40.
Umi Supraptiningsih. 2016. “Karakteristik Pengemis Perempuan Di Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan.” Nuansa 13(2): 357–81.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright
The copyright of the received article shall be assigned to the journal as the publisher of the journal. The intended copyright includes the right to publish the article in various forms (including reprints). The journal maintains the publishing rights to the published articles. Therefore, the author must submit a statement of the Copyright Transfer Agreement.*)
Licensing
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
In line with the license, authors are allowed to share and adapt the material. In addition, the material must be given appropriate credit, provided with a link to the license, and indicated if changes were made. If authors remix, transform or build upon the material, authors must distribute their contributions under the same license as the original.
_______
*) Authors whose articles are accepted for publication will receive confirmation via email and send a Copyright Transfer Agreement.