AKSIOLOGI REOG PONOROGO RELEVANSINYA DENGAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Asmoro Achmadi*  -  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, Indonesia

(*) Corresponding Author
Abstract: The study has been chosen because it is very interesting to explore. Indonesia has diverse arts and cultures in its tradition. Within such diversities, there are significant values to develop the national character, one of them being that of Reog Ponorogo. The purpose of this research is to reveal that the art of Reog is attractive and full of magnificent values. During this reform era, in which corruptible practices and radicalism are rampant, the values contained in the Reog art can be used as a foundation for better national character building. The methods used in this study were hermeneutics and heuristics. The former was employed to disclose the meaning contained in the research object in the form of life phenomenon through understanding and interpretation, while the latter was used to discover and develop other new methods in science especially philosophy. The result of this research is that the art of Reog Ponorogo is part the typically original culture from Ponorogo. When viewed from the perspective of hierarchical values, Reog contains holiness, spiritual, living, and joyful values. The Indonesian nation current¬ly faces corruption, terrorism, radicalism, and globalization challenges that may lead to the weakling of the national character. The values of Reog art can be used as a source of inspiration and may contribute to the character building of the nation. What needs to be presented is the strengthening of the four pillars of the nation and the reflection of the five essential virtues of the Reog art. Abstrak: Tema ini dipilih karena sangat menarik untuk dijelajahi. Indonesia memiliki beragam seni dan budaya dalam tradisi. Dalam ke¬beragaman tersebut, ada nilai-nilai yang signifikan untuk me¬ngembang¬kan karakter nasional, salah satunya adalah bahwa Reog Ponorogo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bahwa seni Reog menarik dan penuh dengan nilai-nilai yang luar biasa. Selama era reformasi ini, di mana praktek-praktek yang fana dan radikalisme yang merajalela, nilai-nilai yang terkandung dalam seni Reog dapat digunakan sebagai landasan untuk membangun karakter bangsa yang lebih baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah herme¬neutika dan heuristik. Yang pertama digunakan untuk meng-ungkapkan makna yang terkandung dalam objek penelitian dalam bentuk fenomena kehidupan melalui pemahaman dan interpretasi, sedangkan yang kedua digunakan untuk menemukan dan mengembangkan metode baru lainnya dalam ilmu terutama filsafat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa seni Reog Ponorogo adalah bagian budaya biasanya asli dari Ponorogo. Bila dilihat dari perspektif nilai-nilai hirarkis, Reog me¬ngandung kekudusan, spiri¬tual, hidup, dan nilai-nilai yang menyenang¬kan. Bangsa Indonesia saat ini menghadapi korupsi, terorisme, radikalisme, dan tantangan globalisasi yang dapat menyebabkan lemahya karakter nasional. Nilai-nilai seni Reog dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan dapat berkontribusi pada pembentukan karakter bangsa. Apa yang perlu disajikan adalah penguatan empat pilar bangsa dan refleksi dari lima kebajikan penting dari seni Reog. Keywords: reog Ponorogo, nilai, karakter bangsa, Babad Ponorogo.
  1. Gie, The Liang, Suatu Konsepsi ke Arah Penertiban Bidang Filsafat, alih bahasa: Ali Mudhofir, Yogyakarta: Tiara Wacana Press, 1977.
  2. Soedarsono, Pengantar Sejarah Kesenian I-II, Yogyakarta: ISI Yogya¬karta, 1994.
  3. Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
  4. Syarbaini, Syahrial, Pendidikan Pancasila: Implementasi Nilai-nilai Karakter Bangsa, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
  5. Frondizi, Risieri, What is Value?: An Introduction to Axiology, LaSalle, Ill. : Open Court Pub Co, 1963.
  6. Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.
  7. Titus, Harold H., et.al., Persoalan-Persoalan Filsafat, terj. H. M. Rasyidi, Jakarta: Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
  8. Kaelan, Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa, Yogyakarta: Paradigma, 2005.
  9. Purwowijoyo, Babad Ponorogo I – VIII, Ponorogo: t.p., 1984.
  10. Fajar, Pramono Muh., Raden Bathara Katong Bapak-e Wong Ponorogo, Ponorogo: Lembaga Penelitian Pemberdayaan Birokrasi dan Masyarakat Ponorogo, 2006.
  11. Saksono, Widji , Mengislamkan Tanah Jawa, Bandung: Mizan, 1995.
  12. Fauzannafi, Muh. Zamzam, Reog Ponorogo Memori diantara Dominasi dan Keragaman, Yogyakarta: Kepel, 2005.
  13. Endraswara, Suwardi, Budi Pekerti Jawa, Yogyakarta: Gelombang Pasang Press, 2006.
  14. Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
  15. Budhisantoso, “Kesenian dan Kebudayaan”, Jurnal Seni, Juli 1994, STSI Press, Surakarta.
  16. Kartini, Horizon Estetika, Yogyakarta: Badan Penerbitan Fakultas Filsafat UGM, 2008, h. 35
  17. De Vos, Pengantar Etika, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987.
  18. Caturwati, Endang, Tari di Latar Sunda, Bandung: STSI Bandung, 2007.
  19. Hidayatullah, Furqon, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Surakarta: Yuma Pustaka Hidayatullah, 2010.
  20. Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, Surabaya: Erlangga, 2011.

Open Access Copyright (c) 2016 Teologia

 

JURNAL THEOLOGIA

Published by The Faculty of Islamic Theology and Humanities
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang - Indonesia

 
                                                               
Web
Analytics
View My Stats
apps