Universitas Islam Bandung (Unisba), Bandung - Indonesia
KOREKSI KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP FIKIH WAKTU SALAT: Analisis Jadwal Waktu Salat Kota Bandung
Prayer time is locality in accordance with geographic data. For one geographical data will result one of prayer time. But there are different things with this general rule, namely the phenomenon of maghrib twice during Ramadan 1437 H. / 2016 M. in Bandung. There are two prayer schedule format that developed at that time, which is schedule issued by the Ministry of Religious West Java Regional Office (Kemenag) and schedule sourced by online of the Central of Ministry of Religious Affairs. Bandung has elevated above 600 meters mean sea level, but not located on the beach. Such circumstances make different ijtihad scholars of elevation data in the calculation of the prayer times. According to scholars of the city, Bandung has a elevation above 600 meters mean sea level, in the calculation of the maghrib prayer time must take into calculation the height of the place. This is to get results that match the real conditions. Kemenag and BHRD West Java using real data in the calculation of prayer times. This schedule is much used as a reference by mosques such as the Great Mosque of al-Ukhuwah Bandung, Mosque PUSDAI, Trans Studio Mosque Bandung, and Masjid Istiqomah Bandung.
[]
Awal waktu salat bersifat lokalitas sesuai dengan data geografis. Untuk satu data geografis akan menghasilkan satu waktu salat. Namun ada hal yang berbeda dengan kaidah umum ini, yaitu terjadi fenomena adzan maghrib dua kali pada saat Ramadhan 1437 H. / 2016 M. di Kota Bandung. Ada dua format jadwal salat yang berkembang saat itu, yaitu jadwal yang dikeluarkan oleh Kemenag Kanwil Jawa Barat dan jadwal yang bersumber dari sistem online Kementrian Agama Pusat. Diantara jadwal tersebut, ada yang menggunakan data ketinggian tempat dan ada pula yang mengabaikannya. Bandung memiliki ketinggian tempat di atas 600 meter dpl, namun tidak terletak di sisi pantai. Keadaan seperti ini menjadikan ulama ilmu falak berbeda ijtihad dalam penggunaan data ketinggian tempat dalam perhitungan awal waktu salat magrib. Menurut ulama falak, kota Bandung yang memiliki ketinggian tempat di atas 600 meter dpl, dalam perhitungan awal waktu salat Magrib harus memperhitungkan ketinggian tempat. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi real di lapangan. Kemenag dan BHRD Jawa Barat menggunakan data real dalam perhitungan awal waktu salat. Jadwal ini banyak dijadikan acuan oleh masjid-masjid yang besar seperti Masjid Agung al-Ukhuwah Bandung, Masjid PUSDAI, Masjid Agung Trans Studio Bandung, dan Masjid Istiqomah Bandung.
Keywords: waktu salat; ketinggian tempat; masjid
- Admin, Geografi Kota Bandung, http://bandungaktual.com/2013/10/ geografi-kota-bandung.html, diakses tanggal 26 Nopember 2016.
- Admin, Profil Kota Bandung (Online), (https://ppid.bandung.go.id/profil-kota-bandung/, diakses tanggal 26 April 2017)
- Amri, Tamhid, “Waktu Salat Perspektif Syar’i”. Asy-Syari’ah. Vol. 17 Nomor 1, Desember 2014.
- Amrulloh, Moh. Afif, “Penentuan Awal Waktu Salat Subuh Menurut Kementerian Agama dan Aliran Salafi”. Jurisdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Volume 2, Nomor 2, Desember 2011.
- Anugraha, Rinto, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012.
- Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
- Darajat, Muhammad Nashiruddin, Abdul Fadlil, Sunardi, “Sistem Informasi Arah Kiblat Dan Jadwal Waktu Salat Berbasis Android”, Jurnal Teknologi, Volume 9 Nomor 2, Desember 2016.
- Djamaludin, T., https://tdjamaluddin.wordpress.com/ diakses pada tanggal 14 September 2016.
- Hudhoifah, Yuyun, “Formulasi Penentuan Awal Waktu Salat yang Ideal (Analisis terhadap Urgensi Ketinggian Tempat dan Penggunaan Waktu Ikhtiyat untuk Mengatasi Urgensi Ketinggian Tempat dalam Formulasi Penentuan Awal Waktu Salat)”, Skripsi (tidak dipublikasikan). Semarang: IAIN Walisongo, 2011.
- Ismail, “Metode Penentuan Awal Waktu Salat dalam Perspektif Ilmu Falak”, Jurnal Ilmiah Islam Futura. Vol. 14. No. 2, Februari 2015.
- Isnaeni, Dede Muhammad, Fitri Mintarsih, Feri Fahrianto, “Implementasi Algoritma Meeus dalam Penentuan Waktu Salat dan Pencarian Masjid Terdekat”, Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi, 8(1), 2015.
- Jayusman, “Jadwal Sholat Hasil Konversi Koreksian Daerah: Antara Ke¬pentingan Efisiensi dan Akurasi.” Yudisia. Volume 5, Nomor 2, Desember 2015.
- ________, “Jadwal Waktu Salat Abadi”, Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies, Vol. 3 Nomor 1 Maret 2013
- Kamāl, Abū Mālik bin al-Sayyid Sālim, Ṣahīh Fiqh al-Sunnah wa Adillatuh, Watauḍīh Madhāhib Aimmah, Juz I, Mesir: Maktabah al-Taufiqiyah, 2003.
- Khazin, M., Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2007.
- Muhammad bin Ismaīl, Ṣahīh al-Bukhāri. Mesir: Dār al-‘Ȧlamiyyah, 2015.
- Muslim, Abū al-Ḥusain bin Ḥajjaj al-Qushairi al-Naisābūri, Ṣahīh Muslim, t.tp: Maktabah Fayad, 2010.
- Prahasta, Eddy, Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Penerbit Informatika, 2002.
- Rojak, Encep Abdul, “Hisab Arah Kiblat Menggunakan Rubu' Mujayyab: Studi Pemikiran Muh. Ma'sum bin Ali dalam Kitab al-Durūs al-Falakiyyah”, Skripsi (tidak dipublikasikan), Semarang: IAIN Walisongo. 2011.
- Sābiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
- Shariff, Nur Nafhatun Md, Amran Muhammad, Mohd Zambri Zainuddin, and Zety Sharizat Hamidi, “The Application of Sky Quality Meter at Twilight for Islamic Prayer Time”, International Journal of Applied Physics and Mathematics, Volume 2, No. 3, May 2012
- al-Sha’rāwī, Muhammad Mutawali, Tafsir ayat al-Aḥkam, Juz I, Cairo: al-Maktabah al-Taufiqiyah, t.th.
- Wawancara dengan Ahmad Nizar, Bandung, 19 April 2017.
- Wawancara dengan Encup Supriyatna, Bandung, 21 April 2017.
- Wawancara dengan Toto Supriyanto, Bandung, 01 Februari 2017.
- Wawancara dengan Hendro Setyanto, Bandung, 24 Januari 2017.
- al-Zuhaili, Wahbah, Tafsīr al-Munīr, Jilid 11. Damsyiq: Dār al-Fikr, 2009.