NILAI MODERASI BERAGAMA PADA GAYA ARSITEKTUR MASJID AGUNG SOLO

Waluyo Waluyo*  -  Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta, Indonesia
Muhammad Amiruddin Dardiri  -  Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta, Indonesia

(*) Corresponding Author

Toleransi tidak berhenti pada pemaknaan saling menghargai dan menghormati agama lain akan tetapi dalam berbagai pemahaman dalam satu agama. Moderasi beragama tidak terbatas pada nilai-nilai yang tampak secara eksplisit, akan tetapi nilai implisit. Pemahaman nilai-nilai kontekstual dalam seni arsitektur akan membuka wawasan sehingga tidak sempit pemahaman. Pada satu sisi seni dibutuhkan dan merupakan fitrah manusia, pada sisi yang lain juga ada kelompok-kelompok walaupun sesungguhnya kelompok tersebut sangat sedikit yang berpendapat bahwa kesenian memiliki jumlah mudharat yang banyak, bahkan diantara mereka sampai mengharamkannya. Pelabelan bid’ah menurut peneliti banyak salah terminologi. Bid’ah sebagai obyek hukum bisa memiliki hukum wajib, sunnah, mubah dan haram. Artinya bukan pelabelan sesuatu yang baru, yang tidak ada contoh dari Nabi hukumnya bid’ah tetapi sesuatu yang baru itu bid’ah dan bid’ah memiliki beberapa hukum. Termasuk didalamnya pemaknaan simbol-simbol dan arsitektur masjid Agung Solo, bentuk dari ornamennya merupakan khazanah keilmuan yang memiliki nilai seni budaya dalam pendidikan Islam. Arsitektur masjid Agung Solo terdapat usaha-usaha mengimplementasikan nilai-nilai Islam melalui budaya. Penelitian ini dimaksudkan mengungkap misteri dan makna filosofis, sehingga makna dalam seni budaya arsitektur masjid Agung Solo tidak disalah artikan. Untuk mengungkap makna dasi sisi sejarahnya diperlukan pendekatan kajian historis, kemudian untuk mengungkapkan makna menggunakan telaah filosofis. Sehingga tujuan penelitian menjadi jelas dan terarah. Kurangnya pemahamannya akan latar belakang dari sisi histori dan filosofis nilai arsitektur bangunan, dengan mudah menjustifikasi dengan label bid’ah. Selain tujuan pendidikan Islam dalam nilai arsitektur membanguan nilai toleransi dalam beragama.

Keywords: moderasi;historis;filosofis

  1. Akhmadi, Agus. “Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia.” Inovasi-Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2 (23 April 2019): 45–55.
  2. Aksa, Aksa, dan Nurhayati Nurhayati. “Moderasi Beragama Berbasis Budaya Dan Kearifan Lokal Pada Masyarakat Donggo Di Bima (Tinjauan Sosio-Historis).” Harmoni 19, no. 2 (31 Desember 2020): 338–52. doi:10.32488/harmoni.v19i2.449.
  3. Basit, Adnan. Sejarah Masjid Agung Dan Gamelan Sekaten Di Sala. Solo: Yayasan Mardikintoko, 1996.
  4. Christopherus, Yefta. “Surakarta Kota Ternyaman di Indonesia, Sejarawan UNS: Multikulturalisme Sudah Ada Sejak Lama.” Universitas Sebelas Maret, 18 Februari 2021. https://uns.ac.id/id/uns-update/surakarta-kota-ternyaman-di-indonesia-sejarawan-uns-multikulturalisme-sudah-ada-sejak-lama.html.
  5. Faris, Abu al-Husain ahmad bin. Mu’jam Maqayis al-Lughah. Beirut: Dar al-Fikr al-Ilmiyyah, 2011.
  6. Hiqmatunnisa, Hani, dan Ashif Az Zafi. “Penerapan Nilai-nilai Moderasi Islam dalam Pembelajaran Fiqih di PTKIN Menggunakan Konsep Problem Basic Learning.” JIPIS 29, no. 1 (16 April 2020): 27–35. doi:10.33592/jipis.v29i1.546.
  7. Ingin, Lilik Budi Santoso. “Karakteristik Bentuk Masjid Kerajaan Di Surakarta Kasus: Masjid Agung Surakarta Dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran.” S1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. http://eprints.ums.ac.id/1025/.
  8. Ismaun. Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press, 2005.
  9. Khairusani, Mizan. “Seni Budaya Sebagai Upaya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bernilai Estetika.” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam 3, no. 2 (6 Desember 2020): 43–56. doi:10.30659/jpai.3.2.43-56.
  10. Kolis, Nur. “Wahdat Al-Adyan: Moderasi Sufistik Atas Pluralitas Agama.” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 1, no. 2 (31 Oktober 2017): 166–80. doi:10.52266/tadjid.v1i2.42.
  11. Mohammad Muhtarom. Wawancara dengan Ketua Pengurus Masjid Agung Surakarta, t.t.
  12. MS, Amiruddin. “Pendidikan Seni Dalam Islam.” ITTIHAD 2, no. 2 (30 Desember 2018).
  13. Muhaimin. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2007.
  14. Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015.
  15. Pengurus Masjid Agung Surakarta. Sejarah Masjid Agung Surakarta. Yogyakarta: Absolut Media, 2014.
  16. Pransiska, Toni. “Meneropong Wajah Studi Islam Dalam Kacamata Filsafat: Sebuah Pendekatan Alternatif.” Intizar 23, no. 1 (19 Desember 2017): 163–82. doi:10.19109/intizar.v23i1.1270.
  17. Shadily, Hassan, dan John M. Echols. Kamus Indonesia - Inggris. Gramedia Pustaka Utama, 2016.
  18. Syamsudin, Helius. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007.
  19. Waluyo, Waluyo. “Peran Walisongo Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Era Akulturasi Budaya Jawa.” Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial 8, no. 2 (1 November 2021): 137–47. doi:10.21580/wa.v8i2.8771.
  20. Widodo, Priyantoro, dan Karnawati Karnawati. “Moderasi Agama dan Pemahaman Radikalisme di Indonesia.” PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 15, no. 2 (29 November 2019): 9–14. doi:10.46494/psc.v15i2.61.
  21. Yunianti, Esterica. “Estetika Unsur-Unsur Arsitektur Bangunan Masjid Agung Surakarta.” Catharsis 4, no. 1 (2015). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/6822.
  22. Yuniati, Lilis. “Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta.” Dalam Prosiding Seminar Heritage IPLBI, 449–54, 2017.

Open Access Copyright (c) 2022 Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional

View My Stats
apps