Makanan Pendamping Asi, Ketahanan Pangan, dan Status Gizi Balita di Bekasi

Selvi Purnama Dewi  -  Program Studi Gizi, Binawan University, Indonesia
Adhila Fayasari*  -  Program Studi Gizi, Binawan University, Indonesia

(*) Corresponding Author

Abstract

This study aims to analyze the relationship between complementary feeding, food security, and nutritional status (Weight-for-age (WAZ)) of children aged 6-59 months in Bekasi. This study used cross sectional design of 135 pairs of mothers and children aged 6-59 months in the Jatiluhur Primary Health Center, Bekasi City. Provision of complementary feeding and food diversity were collected using questionnaire. Food Security was collected using (Household Food Insecurity Access Scale- HFIAS) questionnaire. Anthropometic data was collected using weighing scale and was converted into z-score using WHO-Anthroplus software. Data were analysed by chi-square/Fischer exact test with 5% significant p value. The result showed that 86 (63.7%) children were underweight (z-score< -1 SD). There was a significant relation between timing of introduction complementary feeding and nutritionaatus (p = 0.031). On the other hand, there was no significant relation between food security and food diversity with nutritional status. This study showed that that the timing of introduction complementary feeding is significantly related to the nutritional status of children in Bekasi.

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pemberian makanan pendamping ASI dan ketahanan pangan dengan status gizi balita (BB/U) usia 6-59 bulan di puskesmas wilayah Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada 135 ibu dan balita usia 6-59 bulan di wilayah Puskemas Jatiluhur, Bekasi. Data karakteristik, keragaman pangan dan riwayat pemberian MP-ASI diukur menggunakan kuesioner, ketahanan Pangan diukur dengan kuesioner Household Food Insecurity Access Scale- (HFIAS). Data status gizi didapatkan dengan pengukuran berat badan kemudian diolah menggunakan software WHO-Antrhoplus. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square/fischer exact dengan tingkat kesalahan 5%. Sebanyak 86 balita (63,7%) memiliki status gizi kurang (z-score  -1 SD). Terdapat hubungan antara waktu pemberian MP-ASI dengan status gizi balita BB/U ( p = 0,031). Tidak terdapat hubungan ketahanan pangan, keragaman pangan, frekuensi dan jenis pemberian MP-ASI dengan status gizi balita BB/U (p=0,443). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hanya waktu pemberian MP-ASI yang terkait dengan status gizi balit di bekasi.

Keywords: underweight; food security; food diversity; complementary feeding; nutritional status; gizi kurang; ketahanan pangan; keberagaman pangan; MP-ASI; status gizi

  1. Adriani, M. (2016) Epidemiologi gizi. Surabaya: Airlangga University Press.
  2. Agustina, W. et al. (2015) ‘Asupan zat gizi makro dan serat menurut status gizi anak usia 6-12 tahun di Pulau Sulawesi’, J. Gizi Pangan, 10(1), pp. 63–70.
  3. Amperaningsih, Y., Sari, S. A. and Perdana, A. A. (2018) ‘Pola pemberian mp-asi pada balita usia 6-24 bulan’, Jurnal Kesehatan, 9(2), pp. 310–318. doi: 10.26630/jk.v9i2.757.
  4. Arlius, A., Sudargo, T. and Subejo, S. (2017) ‘Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi balita (studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)’, Jurnal Ketahanan Nasional, 23(3), pp. 359–375. doi: 10.22146/jkn.25500.
  5. Castell, G. S. et al. (2015) ‘Household food insecurity access scale (HFIAS)’, Nutrición Hospitalaria, 31(3), pp. 272–278. doi: 10.3305/nh.2015.31.sup3.8775.
  6. Coates, J., Swindale, A. and Bilinsky, P. (2007) ‘Household food insecurity access scale (HFIAS) for measurement of household food access: indicator guide (v.3)’, Food and Nutrition Technical Assistance Project, USAID, pp. 1–32.
  7. Crepinsek, M. K. and Burstein, N. R. (2004) ‘Maternal employment and children’s nutrition volume I, diet quality and the role of the CACFP’, ERS project representative, 06(1), pp. 1–149.
  8. Dewi, N. R. (2018) Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak balita di instalasi rawat jalan RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
  9. Dinas Kesehatan Kota Bekasi (2017) ‘Laporan dinas kesehata kecamatan Jatiasih’. Bekasi: Pusksmas Jatiluhur kota Bekasi.
  10. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015) ‘Profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2014’. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
  11. Gulo, M. J. and Nurmiyati, T. (2015) ‘Hubungan pemberian mp-asi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Curug Kabupaten Tanggerang’, J. Bina Cendekia Kebidanan, 1(1), pp. 8–14.
  12. Hamzah, D. F. (2016) ‘Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi keluarga buruh kayu di Kampung Kotalintang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh tahun 2014’, J. JUMANTIK, 1(1), pp. 134–146. doi: 10.30829/jumantik.v1i1.1019.
  13. Jayarni, D. E. and Sumarmi, S. (2018) ‘Hubungan ketahanan pangan dan karakteristik keluarga dengan status gizi balita usia 2 – 5 tahun (studi di wilayah kerja Puskesmas Wonokusumo Kota Surabaya)’, Amerta Nutrition, 2(1), pp. 44–51. doi: 10.20473/amnt.v2i1.2018.44-51.
  14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Pedoman pemberian makan bayi dan anak’. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
  15. Kementrian kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Buku saku pemantauan status gizi 2017’. Jakarta Selatan: Direktorat Gizi Masyarakat.
  16. Kennedy, G., Ballard, T. and Dop, M. C. (2011) Guidelines for measuring household and individual dietary diversity. Roma: FAO.
  17. Kumalasari, S. Y., Sabrian, F. and Hasanah, O. (2015) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping asi dini’, JOM, 2(1), pp. 879–889.
  18. Masuke, R. et al. (2021) ‘Effect of inappropriate complementary feeding practices on the nutritional status of children aged 6-24 months in urban Moshi, Northern Tanzania: Cohort study.’, PloS one, 16(5), p. e0250562. doi: 10.1371/journal.pone.0250562.
  19. Novianti, H. and Khairunnisa, K. (2021) ‘Relationship of early complementary food and diarrhea in infants aged 0-6 months in Posyandu Sedap Night Tengger East Kandangan Surabaya’, STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), pp. 232–237. doi: 10.30994/sjik.v10i1.590.
  20. Oktaviani, P. P., Djafar, M. and Fayasari, A. (2019) ‘Penerapan perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) dan status gizi balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Kranji Bekasi’, Nutri-Sains Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, 3(2), pp. 115–126.
  21. Priawantiputri, W. and Aminah, M. (2020) ‘Keragaman pangan dan status gizi pada anak balita di Kelurahan Pasirkaliki Kota Cimahi’, Jurnal Sumberdaya Hayati, 6(2), pp. 40–46. doi: 10.29244/jsdh.6.2.40-46.
  22. Putri, R. F., Sulastri, D. and Lestari, Y. (2015) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), pp. 254–258. doi: 10.25077/jka.v4i1.231.
  23. Sakti, R. E., Hadju, V. and Rochimiwati, S. N. (2013) ‘Hubungan pola pemberian mp-asi dengan status gizi anak usia 6-23 bulan di wilayah pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar tahun 2013’, Jurnal MKMI K.
  24. Savige, G. S., Hsu-Hage, B. H. and Wahlqvist, M. L. (1997) ‘Food variety as nutritional therapy’, Current Therapeutics, pp. 57–67.
  25. Septiani, W. (2014) ‘Hubungan pemberian makanan pendamping asi dini dengan status gizi bayi 0-11 bulan di Puskesmas Bangko Rokan Hilir’, Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(4), pp. 148–153.
  26. Sholikhah, A., Rustiana, E. and Yuniastuti, A. (2017) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di pedesaan dan perkotaan’, Public Health Perpspect J, 2(1), pp. 9–18.
  27. Suharyanto, E. R., Hastuti, T. P. and Triredjeki, H. (2017) ‘Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1 sampai 5 tahun di kelurahan tidar utara binaan puskesmas magelang selatan kota magelang’, Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(1), pp. 27–37. doi: 10.20884/1.jks.2017.12.1.686.
  28. Tarigan, I. U. (2003) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak umur 6-36 bulan sebelum dan saat krisis ekonomi di Jawa Tengah’, Buletin Penelitian Kesehatan, 31(1), pp. 1–12.
  29. Utami, N. H. and KP, D. S. (2015) ‘Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan status gizi anak usia di bawah dua tahun (Baduta) di Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Jawa Barat’, GIZI INDONESIA, 38(2), pp. 105–114. doi: 10.36457/gizindo.v38i2.184.
  30. Wang, L. et al. (2019) ‘Factors associated with early introduction of complementary feeding and consumption of non-recommended foods among Dutch infants: the BeeBOFT study’, BMC Public Health, 19(1), p. 388. doi: 10.1186/s12889-019-6722-4.
  31. Wangiyana, N. K. A. S. et al. (2021) ‘Praktik pemberian mp-asi terhadap risiko stunting pada anak usia 6-12 bulan di Lombok Tengah’, Penelitian Gizi Dan Makanan2, 43(2), pp. 81–88. doi: 10.22435/pgm.v43i2.4118.
  32. Widyawati, W., Febry, F. and Destriatania, S. (2016) ‘Analisis pemberian mp-asi dengan status gizi pada anak usia12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lesung Batu, Empat Lawang’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2), pp. 139–149. doi: 10.26553/jikm.2016.7.2.139-149.
  33. Wijayanti, S. and Nindya, T. S. (2017) ‘Hubungan penerapan perilaku Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dengan status gizi balita di kabupaten Tulungagung’, Amerta Nutrition, 1(4), pp. 379–388. doi: 10.20473/amnt.v1i4.2017.379-388.
  34. Wilujeng, C. S., Sariati, Y. and Pratiwi, R. (2017) ‘Faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping asi terhadap berat badan anak usia 6-24 bulan di puskesmas Cluwak kabupaten Pati’, Majalah Kesehatan FKUB, 4(2), pp. 88–95.
  35. World Bank (2017) Levels and trends in child malnutriton, UNICEF/WHO/World Bank Group Joint Child malnutrition Estimates.

Open Access Copyright (c) 2020 Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Publisher
Program Studi Gizi Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK)
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Jl. Prof. Hamka KM.2, Semarang, Central Java, Indonesia
Email: nutrisains@walisongo.ac.id

 

apps