MENGOBATI LUKA ANAK KORBAN PERCERAIAN MELALUI PEMAAFAN

Siti Hikmah*  -  Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Indonesia

(*) Corresponding Author

Stress bias terjadi dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun. Salah satu stress dirasakan oleh anak-anak. Sebagian besar anak yang tumbuh dalam keluarga yang bercerai akan mengalami stress berat beresiko mengembangkan masalah masalah perilaku misalnya juvenil delequency, mall adjusment dll. Pemaafan sangat dibutuhkan bagi anak untuk mengelola dan menanggulangi disstres yang dirasakan. Alur yang ditawarkan oleh pemaafan mengarahkan anak untuk menekankan jalan damai dan cinta kasih untuk mengatasi rasa sakit yang dialami. Anak tidak lagi menimpakan beban kesalahan pada orang lain, dan dapat melihat bahwa hal yang lebih penting adalah berusaha mencapai perasaan dan kondisi damai itu sendiri. Perlu upaya mengurangi perasaan dengan menggunakan faktor analisis, mendapatkan tiga aspek kesiapan memaafkan, yaitu pemaafan versus balas dendam, situasi pribadi dan sosial, dan halangan terhadap pemaafan. 

 

Keywords: stress; anak korban perceraian; pemaafan

  1. Ahron & Rodgers, Divorced families, New York: W. W. Norton,1987.
  2. American Psycological Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed. rev. ). Washington, DC: American Psychiatric Press,1994.
  3. Baumeister, R. Humility, Egotism, Forgiveness, and the Victim Role. Florida State University, 2001. dari http://www.forgiving.org/researchers/research_ results.asp, diakses Jumat, 5 Januari 2007.
  4. Biegel,Sale & Schulz, Familily Caregiving in Chronic Illness. Newbury Park, CA: Sage, 1991.
  5. Biller,H. B, Father and Families Newbury Paternal Factor in Child Development. Westport, CT: Auburn House, 1993.
  6. Breitman Patti & Connie Hatch, 2000, How to Say Without Feeling Guilty, Erlangga.
  7. Camara, K. A & Resnick, G, Impact of Divorce, Single Parenting, and Stepparenting on Children,(Hillsdale, NJ:Erlbaum, 1998.
  8. Carson, J. & Kuipers, E. Stress Management Interventions. In Occupational Stress: Personal and Professional Approaches (ed. S. Hardy, J. Carson & B. Thomas). Cheltenham: Stanley Thornes, 1998.
  9. Cohen, David, The Development of Play. Second Edition, New York: Routledge, 1993.
  10. Curran, J. M. Constraints of Pretend Play, Explicit and implicit Rules, 1998.
  11. Ellen Galinsky dan Judi David, Divorce and Comunication, New York: Garland, 1998.
  12. Hetherington, E, Anderson R & Hagan, Divorce: Effects of Adolesent, New York: Garland, 1991.
  13. Hetherington, E, Cox & Cox, Effect of Divorce on Children and Parent, Hillsdale, NJ: Erlbaum, 1982.
  14. Hommerding, K. E & Kriger, M, Stability and Change in Infant Mother Attachment: A Study of Low-Incame Families, New Orlean, 1993.
  15. Luskin, F. Nine Steps to Forgiveness. http://www. learningtoforgive. com/steps. htm , diakses Jumat, 5 Januari 2007
  16. Miller, Kliwer & Burkeman, Effect of Maternal Socialization on Children’s Learning to Cope With Divorce, New Orlean, 1993.
  17. Sal Severe, Bagaimana bersikap pada anak,agar anak bersikap baik pada kita, Jakarta: Erlangga, 2002.
  18. Siti Hikmah Anas, “Perceraian dalam Penghayatan Anak,” Bandung: Pikiran Rakyat, 2007.
  19. Santrock, Adolesence 6, Times Mirror Highr Education1996.
  20. Santrock,, Life Span Development I, Texas University, 1995.
  21. Siegler, Ava L. Phd. The Essential Guide to the New Adolescence: How to Raise an Emotionally Healthy Teenager, Plume, 1998.
  22. Worthington, E. L., Forgiving and Reconciling: Bridges to Wholeness and Hope. Illinois: InterVarsity, 2003.
  23. Setiawan Imam, “Membangun Pemaafan bagi Anak Korban Perceraian”, Psikologi UNDIP Semarang, Makalah dipresentasikan pada Konferensi Nasional I IPK – HIMPSI: Stress Management dalam Berbagai Setting Kehidupan, Bandung 2-3 Februari 2007.

Publisher:
Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak)
LP2M, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Central Java, Indonesia


Sawwa Visitor Statistics
 
apps