SIMBOL KEAGAMAAN DALAM ISLAM DAN IDEOLOGI TELEVISI

Siti Solikhati*  -  Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Indonesia

(*) Corresponding Author

Basically human lives are built based on fragmented symbols which form the real picture of the whole world. People expressed every side of their lives (including religious live) using certain symbols which are socially accepted. The discussion on religious symbols has always leads to two means, namely socio-cultural symbols which associate religious doctrines with the local culture, and normative symbols which are supposed to be permanent symbols. The discussion on this paper focused on the nuance of the meaning of religious symbols which have shifted more on cultural meaning rather than the normative ones, as can be seen on television religious programs.Accordingly, television has its own way of expressing things based on their own management policy, in which usually they use market needs as the main reason. To fulfill the market needs however, the medium need to wrap religious message up using certain symbols to fit their audience needs. According to Fiske (1987) it will be easier to have a look the ideology used by television by take a close look at how it uses certain symbols.

---------------------------------------------------------------------------------------

Kehidupan manusia ini terdiri dari serpihan-serpihan simbol yang kemudian terpola dan membentuk kesatuan dunia secara utuh. Manusia mengekspresikan diri, termasuk di    dalamnya    mengekspresikan    aspek    kehidupan    beragama menggunakan simbol yang telah disepakati secara sosial. Wacana simbol dalam kehidupan beragama  mengandung  makna  multi dimensi,  yaitu  dimensi  sosiokultural  yang  bisa berubah  sesuai  dengan  konteks, serta dimensi  normative  yang  bersifat  permanen  dan mutlak. Konteks wacana symbol keagamaan dalam paper ini difokuskan pada pergeseran makna symbol keagamaan yang bersifat normative lebih banyak berfungsi sebagai symbol kultural sebagaimana diperlihatkan pada tayangan-tayangan keagamaan di televisi. Televisi memiliki cara tersendiri untuk mengemas informasi tertentu berdasarkan konsep kebijakan internal dan menggunakan argument segmen audience. Untuk memenuhi target audience, maka televisi perlu mengemas pesan keagamaan menggunakan symbol yang telah disesuaikan dengan kebutuhan audience. Menurut Fiske (1987) dengan melihat bagaimana televisi menggunakan symbol-simbol tertentu, maka akan mudah untuk melihat ideologi yang terkandung di dalamnya.

Keywords: Simbol, Ideologi, Kultur Lokal

  1. Arimbi, D.A. (2009). Representation, Identity and Religion of Muslim Women in Indonesian Fiction. Amsterdam: ISAC.
  2. Baudrillard, J. P. (2011). Masyarakat Konsumsi (terj. Wahyunto). Yogyakarta: Kreasi Wacana.
  3. Berger, A. A. (2010). Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. (terj. M. Dwi Marianto). Yogyakarta: Tiara Wacana.
  4. Berger, C. R., M. E. Rollof, D. R. Roskos, Ewoldsen (2014). Handbook Ilmu Komunikasi (terj. Derta Sri Widowatie). Bandung: Nusamedia.
  5. Berger, P. and T. Luckman (1966). The Social Construction of Reality. USA: Penguin.
  6. Broos, A. D. J. (1987), Creating Culture: Profiles in the Study of Culture. Sydney: Allen Unwin.
  7. Bungin, B. (2001). Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Yogyakarta: Jendela.
  8. Cassirer, E. (1987). Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia. (terj. Alois A. Nugroho). Jakarta: Gramedia.
  9. Cobuild, C. (1987). English Language Dictionary. London: Collin Publisher.
  10. Danesi, M. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (terj. Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari). Yogyakarta: Jalasutra.
  11. Donnan, H. (2002). Interpreting Islam. London: Sage.
  12. Ehrat, J. (2005). Cinema and Semiotic: Peirce and Film Asthetic, Narration and Representation. Toronto: University of Toronto Press.
  13. Endah (2008). Sinetron sebagai Media Dakwah (makalah tidak diterbitkan).
  14. Fairclough, N. (1995). Media Discourse. London: Edward Arnold.
  15. Fiske, J. (1987). Tevelevion Culture: Popular Pleasure and Politics. Britain: Cornell.
  16. Hall, S., D. Hobson, A Lowe, P. Willis (2001). Budaya Media dan Bahasa: Teks Utama Pencanang Cultural Studies 1972-1979 (terj. Saleh Rahman). Yogyakarta: Jalasutra.
  17. Hartley, J. (2010). Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci (terj. Kartika Wijayanti). Yogyakarta: Jalasutra
  18. Hill, J. D. and D. Whistler (2013). The Right To Wear Religious Symbols. England: Palgrave Macmillan.
  19. Ibrahim, I. S. (2005). Media dan Citra Muslim, dari Spiritualitas untuk Berperang menuju Spiritualitas untuk Berdialog. Yogyakarta: Jalasutra.
  20. Ibrahim, I. S. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
  21. Kellner, D. (2010). Budaya Media: Cultural Studies, Identitas, dan Politik: Antara Modern dan Postmodern (terj. Galih Bondan Rambatan). Yogyakarta: Jalasutra.
  22. Liliweri, A. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada Media.
  23. Majid, N. (1995). Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan. Jakarta: Yayasan Paramadina.
  24. Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
  25. Piliang, Y. A. (2010). Post Realitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Post- Metafisika. Yogyakarta: Jalasutra.
  26. Ridwan, N. K. (2004). Agama Borjuis: Kritik Atas Nalar Islam Murni. Yogyakarta: Ar Ruzz.
  27. Rivers, W. L., J. W. Jensen, dan Peterson, T. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern (cet. II). Jakarta: Kencana.
  28. Shrum, L. J. (ed), (2010). Psikologi Media Entertainment: Membedah Keampuhan Periklanan Subliminal dan Bujukan yang tak Disadari Konsumen (terj. An Ismanto). Jalasutra: Yogyakarta.
  29. Storey, J. (2007). Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop: Pengantar Komprehensif Teori dan Metode (terj. Laily Rahmawati). Yogyakarta: Jalasutra.
  30. Strinati, D. (2004), Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer (terj. Abdul Mukhid). Yogyakarta: Bentang.
  31. Taylor, P. A. and J. L. L. Harris (2008). Critical Theories of Mass Media: Now and Then. England: Open University Press
  32. Turner, B. S. (1983). Religion and Social Theory: A Materialist Perspective. London: Heinemann Educational Books.
  33. Verene, D. P. (1979). Symbols, Myth, and Culture: Essays and Lectures of Ernst Cassirer. U.S.A: Yale UP.http://www.fiu.edu/~morriss.

Open Access Copyright (c) 2017 Islamic Communication Journal
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Islamic Communication Journal
Published by the Department of Islamic Communication and Broadcasting
Faculty of Da'wa and Communication UIN Walisongo Semarang
Jl Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Phone: +62 858-6727-8693 (Admin ICJ)
Website: https://fakdakom.walisongo.ac.id/

ISSN: 2541-5182 (Print)
ISSN: 2615-3580 (Online)


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License

 
apps