Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang - Indonesia
REDUKSI NILAI-NILAI NON-TAUHID DALAM KONTRUKSI WAYANG KARAKTER BATARA GURU
Javanesse traditional shadow puppet (wayang) if we look through the story we can see that it is adapted from Hinduism. It was taken from great epic story. The ara Ramayana and Mahabharata. It does not wonder if we find opposite valuesbeetwen Hinduism and monotheism (tauhid). It was noted by Walisongo at that time. They tried to do some reduction to things that opposite monotheism. They adapted inti Tauhid values so that they can di their mission successfully. In many adapti on, we can take a look into the construction of Batara Guru‟s character. By using description analysis, this article to dig to know how deep Walisongo constructed Batara Guru‟s character to reduct values that opposite tauhid. As a result, the construction idea of Batara Guru -as a representation of Siva- does not hurt anybody. It is all caused by the wisdom and creativity of Walisongo in constructing the character of Batara Guru greatly and smartly.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Kesenian wayang dilihat dari segi cerita merupakan karya adoptif yang berasal dari ajaran Hindu, yakni dua epos besar Ramayana dan Mahabharata. Menjadi tidak mengherankan jika kemudian nilai Hinduisme yang bertentangan dengan nilai tauhid menjadi sesuatu yang begitu diperhatikan oleh Walisongo saat itu. Upaya reduksi terhadap nilai-nilai non-tauhid pada akhirnya dilakukan oleh Walisongo sebagai sebuah penyesuaian terhadap dakwah Islamiah yang mereka lakukan. Satu dari sekian banyak upaya itu terdapat dalam kontruksi penokohan Batara Guru. Menggunakan deskriptif analisis artikel ini mencoba menggali sejauh mana kontruksi terhadap karakter Batara Guru yang dilakukan dalam rangka mereduksi nilai-nilai non-tauhid. Alhasil kontruksi karakter yang sejatinya merupakan representasi dari Dewa Siwa ini dilakukan dengan tanpa melukai siapa pun pada saat itu. Semua itu karena kebijaksanaan dan kreatifitas Walisongo dalam mengkontruksi karakter Batara Guru secara apik dan cerdas.
Keywords: Wayang, Batara Guru, Dakwah, Walisongo
- Aizid, Rizem, 2012. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang, Yogyakarta: Diva Press.
- Arps, Bernard. 2007. Writings on Wayang: Approrches to Puppet Theatre in Java And Bali in Fifteen Recent Books Indonesia Circle. London : School of Oriental & African Studies. Newsletter.
- Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
- Kaelola, Akbar, 2010. Mengenal Tokoh Wayang Mahabharata, Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.
- Kapalaye, Ki Ageng, 2010. Kamus Pintar Wayang (Dari Versi India Hingga Pewayangan Jawa), Yogyakarta: Laksana.
- Kasdi, Aminuddin, 2005. Memahami Sejarah. Surabaya : Unesa Press.
- Klostermaier, Klaus K., 2003. A Concise Encyclopedia of Hinduism. Oxford: Oneworld Publication.
- Mulyono, Sri, 1989. Apa dan Siapa Semar, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
- Padmosoekotjo, S., 1979. Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid. Surabaya: CV. Citra Jaya.
- Purwadi, dkk, 2006. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Jakarta: Kompas.
- Samad, Uflat Aziz-us, 1990. Agama-Agama Besar di Dunia terj. Great Religions of the World, Bombay: Mr. Abdur Razaak. Ebook- ww.aaiil.com.
- Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
- Sou‘yb, Joesoef, 1996. Agama-Agama Besar di Dunia. Jakarta: PT. Al Husna Zikra.
- Sudibyoprono, R. Rio, 1991. Ensiklopedi Wayang Purwa, Jakarta: Balai Pustaka.
- Sudjarwo, Heru S., dkk, 2010. Rupa dan Karakter Wayang Purwa, Jakarta: Kaki Langit Kencana Prenada Media Group.
- Sunyoto, Agus, 2012. Atlas Walisongo Depok: Pustaka IIMaN.
- Supriono, dkk, 2008. Pedhalangan Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
- Surakhmad, Winarno, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar,Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito.
- Zed, Mestika, 2004. Metode Penelitian Kepustakaan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Zoetmulder, P.J. dan Robson, S.O., 2011.Kamus Jawa Kuna - Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan seni wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intageble Heritage of Humanity, karena wayang dianggap bernilai tinggi bagi peradaban manusia. Baca: Sujarwo, dkk (2010), xxxiv.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.