Pendidikan Perempuan di Pondok Pesantren

Evi Muafiah*  -  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo

(*) Corresponding Author

This article attempts to show women's education reality in pesantren, par-ticularly pesantren that administers the two institutions at the same time, the education for men and for women. This is certainly different from those car-ry out the education specific for women. Indonesia has started to open edu-cational opportunities for women at the time of R.A. Kartini, in which the previous women education was limited by the culture. The spirit to obtain education that equal with men was stated in her letters. Kartini had inspired some Indonesian women to get education as men. Later, some women who pioneered education for women appeared such as Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika etc. Each of them established a special school for girls with different studies taught.

Abstrak

Tulisan ini berupaya menunjukkan beberapa realitas pendidikan perempuan di pesantren, utamanya pesantren yang mengelola dua lembaga sekaligus, yaitu pendidikan untuk laki-laki dan pendidikan untuk perempuan. Hal ini tentunya berbeda dengan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan yang memang didirikan khusus untuk perempuan. Indonesia dapat dikatakan telah mulai membuka peluang pendidikan bagi perempuan pada masa RA Kartini, dimana sebelumnya pendidikan bagi perempuan sangat dibatasi oleh budaya yang terjadi saat itu. Semangat untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan para laki-laki tertuang dalam surat-surat-nya. Kartini telah memberikan inspirasi bagi beberapa perempuan di Indonesia untuk men-dapatkan pendidikan sebagaimana laki-laki. Hingga muncul pada masa-masa setelahnya beberapa perempuan yang mempelopori pendidikan bagi perem-puan itu sendiri. Sebut saja misalnya: Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika dan lain sebagainya, dimana masing-masing dari mereka mendirikan sekolah khusus bagi perempuan dengan berbagai kajian yang berbeda yang diajarkan di sekolah tersebut.

Keywords: pendidikan wanita; pesantren; women education; pesantren; islamic boarding school

  1. Asrohah, Hanun. 2001. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.
  2. Burhanuddin, Jajat (ed.). 2002. Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta: Gramedia.
  3. Bukhari. Shahih Bukhari. CD Hadis as-Syarif no. 6766.
  4. Chattopadhay. 2007. Single-Sex Schools for Girls and Gender Equality in Education-Advocacy Brief, Bangkok: Unesco Bangkok.
  5. Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES.
  6. Garret, Stephanie. 1987. Gender: Society Now, London: Tavistock Publication Ltd.
  7. Hidayah, Nuraisyah. 2009 . “PP. Nurul Hidayah: Beri Kesempatan Luas untuk Perempuan”, Swara Rahima, No. 29 Th. IX, Desember.
  8. Jackson, Carolyn. “Can Single Sex Classes in Co-Educational Schools Enhance the Learning Experiences of Girls and/or Boys? An Exploration of Pupils’ Perceptions,” British Educational Research Journal vol. 28, No. 1 (Feb., 2002).
  9. Lee, Valerie and Anthony Bryk. 1986. “Effects of Single-Sex Secondary Schools on Student Achievement and Attitudes”, Journal of Educational Psychology, Volume 78.
  10. Marhumah, Ema. 2011. Konstruksi Sosial Gender di Pesantren, Yogyakarta: LKiS.
  11. Mael, Fred A.. 1998. “Single-Sex and Coeducational Schooling: Relationships to Socioemotional and Academic Develop-ment”, Review of Educational Research, Amerika: American Educational Research Association.
  12. Mahfudh, Sahal. 1999. Pesantren Mencari Makna, Jakarta: Pustaka Ciganjur.
  13. Mawardi, Kholid. 2008. ”Madrasah Banat: Potret Pendidikan Anak Perempuan NU Masa Kolonial Belanda”, Jurnal Studi Gender dan Anak Yin Yang, Purwokerto: PSG STAIN Purwokerto.
  14. Mu’minin. 2010. “PP Abu Huroiroh, Jombang, Bangun Kese-taraan di Dunia Pendidikan”, Swara Rahima, No. 33 Th. X, Desember.
  15. Mufidah. 2010. Gender di Pesantren Salaf, Why Not?, Malang: UIN Maliki Press.
  16. Roded, Ruth. 1995. Kembang Peradaban, Bandung: Mizan.
  17. Suadah, Anis. September 2011. “Pondok Pesantren MAWAR (Matholiul Anwar) Lamongan, Pesantren Pejuang Kesetaraan Gender”. Swara Rahima. No. 36 Th. XI.
  18. Yunus, Mahmud. 1990. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
  19. Zakiyah, Nurul. 2002. “Keterkaitan Pendidikan Formal Perem-puan dan Dunia Pembangunan”, Jurnal Perempuan, Vol. 23, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Open Access Copyright (c) 2016 Nadwa

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 INDEXED BY

Journal Terindex di CrossrefJournal Terindex di LeidenJournal Terindex di MorarefJournal Terindex di Google ScholarJournal Terindex di GarudaJournal Terindex di Base

View My Stats
apps