Korelasi Pemecahan Masalah dan Indikator Berfikir Kritis

budi cahyono*  -  Fakultas Saintek UIN Walisongo, Indonesia

(*) Corresponding Author

Didunia yang begitu cepat berubah, tingkatan berfikir kritis akan menentukan daya tahan seseorang dalam berkompetisi untuk menjadi yang terunggul.  Kemampuan berfikir kritis adalah kemampuan yang penting karena dapat mengembangkan dan menyatakan ide-ide penting, membantu kita dalam mengkaji gagasan-gagasan yang rumit secara sistematis untuk dapat memahami lebih baik sehingga mencegah orang-orang untuk membuat keputusan yang buruk dan membantu mereka dalam memecahkan masalah. Sementara itu, hampir setiap bidang kehidupan manusia memerlukan kemampuan pemecahan masalah. Bahkan, kesuksesan dalam kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah baik dalam skala besar maupun kecil. Dalam hal ini berfikir kritis menjadi syarat yang penting bagi setiap orang untuk memecahkan masalah.

Banyak pendapat para ahli tentang pengertian berfikir kritis. Secara umum berfikir kritis dapat didefinisikan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Dari definisi tersebut dapat maka   berpikir kritis mempunyai  ciri-ciri: (1)  menyelesaikan suatu masalah dengan tujuan tertentu, (2) menganalisis, menggeneralisasikan,mengorganisasikan ide berdasarkan fakta/informasi yang ada, dan (3) menarik kesimpulan dalam menyelesaikan masalah tersebut secara sistematik dengan argumen yang benar. Berfikir kritis sangat diperlukan dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk matematika.  Dalam pembelajaran matematika kemampuan berfikir kritis akan sangat dibutuhkan dalam proses memahami konsep, menganalisa masalah dan menentukan solusi yang tepat dari sebuah permasalahan di matematika.

Hubungan antara berpikir kritis dan pemecahan masalah menarik untuk dikaji. Selama ini pemecahan masalah sering dipandang sebagai keterampilan yang bersifat mekanistis, sistematis, dan abstrak. Namun, seiring berkembangnya teori-teori belajar kognitif, pemecahan masalah lebih dipandang sebagai aktivitas mental yang kompleks yang memuat berbagai keterampilan kognitif. Dalam konteks sebagaimana diuraikan di atas, berpikir kritis dipandang sebagai syarat bagi tumbuhnya kemampuan pemecahan masalah. Namun, sebaliknya, pemecahan masalah dapat pula dipandang sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Perlu diketahui bahwa pemecahan masalah mempunyai berbagai peran, yakni sebagai kemampuan, pendekatan, dan sebagai konteks. Mengingat kemampuan berfikir kritis tidak tumbuh dalam suasana atau ruang hampa, maka ia memerlukan sarana atau konteks. Dalam hal ini, konteks dimaksud dapat berupa aktivitas pemecahan masalah. Dalam makalah ini akan dieksplorasi mengenai hubungan antara pemecahan masalah dan berpikir kritis ditinjau dari berbagai aspeknya.

 

Keywords: pemecahan masalah, berpikir kritis

  1. Arend, Bridget. 2009. Encouraging critical thinking in online threaded discussions. The Journal of Educators Online, 6/1: 1-23.
  2. Costa. A. L. (1985). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking (ed). Alexandria: ASDC.
  3. Daniel Muijs dan David Reynolds. 2003. Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  4. Erman Suherman, dkk. 2003. Stategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia.
  5. Facione, P. A. 2009. Critical Thinking: What It is and Why It Counts. InsightAssessment, (Online), (http://www.insightassessment.com, diakses 17 Juni 2009).
  6. Funke, J. (2001). Thinking & Problem Solving. [Online]. Tersedia:http://www.psychology.uni-heidelberg.de/AE/allg/. [5 April 2008]
  7. Huitt. W. 1992. Problem solving and decision making: Consideration of individual differences using the Myers-Briggs Type Indicator. Journal of Psychological Type,24,33-44.tersedia dalam: http://chiron.valdosta.edu/whuitt/papers/prbsmbti.html. diakses 10 Juli 2010.
  8. Hwang, Wu-Yuin, Chen, Nian-Shing, Dung, Jian-Jie, dan Yang, Yi-Lun. (2007).Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. International Forum of Educational Technology & Society Journals. ISSN 1436-4522. [Online].Tersedia: http://www.ifets.info/abstrack.php. [7 September 2007].
  9. Kirkley, J. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. Plato Learning Center. [Online]. Tersedia: http://www.plato.com/downloads/papers/paper_04.pdf. [9Mei 2008].
  10. Nakin, J. B. N. (2003). Ceativity and Divergent Thinking in Geometry Education. Disertasi University of South Africa. [Online]. Tersedia: http://etd.unisa.ac.za/ETD- b/theses/available/etd-04292005- 151805/unrestricted/00thesis.pdf. [7 Januari 2008].
  11. Park, H.. (2004). The Effects of Divergent Production Activities with Math Inquiry and Think Aloud of Students With Math Difficulty. Disertasi. [Online] Tersedia: http://txspace.tamu.edu/bitstream/1969.1/2228/1/etd-tamu-2004. [15 November 2007]
  12. Polya, G. 1973. How to Solve It (New of Mathematical Method). Second Edition. New Jersey: Prence University Press.
  13. Rasiman, dkk. 2011. Penjenjangan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas RSBI dan Reguler dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika. Laporan penelitian: IKIP PGRI Semarang.

Open Access Copyright (c) 2016 Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Phenomenon: Jurnal Pendidikan MIPA
Published by Faculty of Science and Technology UIN Walisongo Semarang
Jl Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Semarang 50185
Phone: +62 815-7502-8676
Website: https://fst.walisongo.ac.id/
Email: phenomenon@walisongo.ac.id

apps